Dari Sisi Nadie : Freak Anxiety
Someone tell me what to do
I feel like I must be a fool
For ending up right back at the start
The things that we don't comprehend
Are laughing at my mind again
I think that I think too hard
And I don't give enough credit to my heart
I'm so
Damn curious to know
And there are too
Many unanswered questions
Then we hold on to
(Curious-Holly
Brook)
Berkali-kali. Berkali-kali, ku refresh
sebuah laman blog pada browserku. Aku
pelototi sekitar 5 menit dan laman itu menunjukkan hal sama. Belum ada jawaban
dari orang itu. Orang itu, yang spesifiknya bernama Praditya E (and I really no idea what that E is for.)
Okay, aku ceritakan terlebih dahulu. Aku menemukannya. Seorang lelaki selain Erik yang mempunyai kegemaran yang sama denganku, masih seumuran dan anak fakultas kedokteran, lagi. Kredibilitasnya baik, smart, lucu, nggak suka ngetweet galau dan rajin mengerjakan tugas – jika yang dia tulis di timeline twitter nya yang syukurlah tidak di protect itu benar dan bukan pencitraan. (you never know that curious women are better researcher than FBI, aren’t you?). Saking semangatnya aku menemukan orang tersebut, tanpa pikir panjang aku langsung men-DM nya lewat twitter, lupa bahwa jika ingin men-DM, harus saling follow terlebih dahulu. Akhirnya, aku mengirimkannya sebuah email. Email yang, sudah kukonsultasikan pada Mazaya, teman kuliahku yang lumayan dekat, tidak freak.
Kubaca lagi email yang aku kirimkan padanya lebih dari satu minggu yang
lalu.
Subject : Hi !
From : Clarissa Nadie <clarissanadie@yamoo.com>
To : Not A Hero Yet <notadarksideofmine@yamoo.com>
Hi! You don’t know me, but you’ve been blog walking and u found my blog,
and give me a comment. Such a pleasure for me because… yah, dispite any other
people who just seeing my post on blog and never left any sign or something,
you give me a comment. Err… did I like a freak for you? Hehehe… nggak biasanya
juga kok aku kaya gini J maksud aku, selalu ngemail semua orang yang
ngomen di blog aku. Cuma… komen kamu lucu aja. Bahkan aku nggak ngerti isinya apa
:p karena judul postinganku pake bahasa jerman, bukan berarti aku bisa bahasa
jerman kan? :p (thanks to google translate dan kamus bahasa jerman :p ) tapi…
ya… sekali lagi, terimakasih meninggalkan jejak.
By the way, sorry for being freak stalker but… when I stalked your blog I
found that you and I have something in common. If you don’t mind, could you see
my website? www.gagdetfreak.com. Maybe
you could help me with some advises or feed back. Thanks in advance. Senang ketemu
teman yang hobinya sama.
Sincerely,
Nadie.
Kubaca lagi emailku, lagi, dan lagi. Apa aku terlihat sangat freak? Enggak,
kan? Enggak, kan? Aku menutup laman tersebut bertepatan dengan handphoneku
berbunyi dan menandakan ada sebuah notifikasi dari watsapp. Dari Mazaya.
Mazaya Simpati: Udah ngerjain
tugas psikodiagnostika blm?
Me : Blm. Lg surfing inet dulu.
Capek.
Mazaya : Yaampun. Gimance? Udah
dibales sama Mas Dokter belom?
Me : Mas Dokternya lagi sibuk
nyuntik kalek, emailku ndak dibales ik. Gonduk bgt dah. Tapi aku ndak freak,
tho?! Ndak freak kaaaaan?!
Mazaya Simpati: Sekali lagi
kamu ngomong “Aku-nggak-freak-kan” tak kethak og besok. Sudahlah, Nad. Why you
bother? And… lil bit obsessed with him?
Aku tertegun. Chat dari Mazaya barusan sangat menohokku. Kenapa juga aku
peduli dengan pendapat seseorang yang nggak kukenal? Dan kenapa juga aku sangat
ingin dia membalas emailku yang tidak penting itu?
*
Jam di dinding menunjukkan pukul 14.35. Aku mengetukkan pulpen di meja dengan
sesekali mendengus kesal. Lima menit lagi sebelum kuliah terakhirku hari ini selesai.
Aku sudah tidak sabar. Mukaku sudah kucel. Lapar, kesal, bad mood dan jujur saja, PIO I alias Psikologi Industri I ini bukan
mata kuliah favoritku. Handphone ku
sedaritadi tidak berhenti bergetar, menandakan ada panggilan masuk. Kulihat layar, kemudian meletakkannya lagi
di dalam tempat pinsil. Belum ada semenit, handphone
ku bergetar lagi. Aku berdecak kesal. Erik ini terlalu.
Dosenku belum
kelar. Tunggu btr.
G usah
miskol2 ah. Norak.
[message. Sent
to : Blekuthuk]
Lama
banget. Laper.
[from :
Blekuthuk]
“Oke, kuliah saya akhiri. Silahkan absen.”
Aku mendesah lega. Akhirnya dosenku mengakhiri kuliahnya. Aku menepuk pundak
Mazaya yang duduk di sebelahku seraya berbisik,”Za, absenin, ya? Aku udah ditunggu
Erik, nih.”
Mazaya mengangguk, kemudian berlari ke depan untuk absen. Aku segera
membereskan barangku dan keluar kelas. Benar saja Erik sudah berdiri tepat di
depan pintu dan menyambutku dengan muka ditekuk.
“Suwi banget!”omelnya.
“Bukan salahku juga dosennya lama, tho?
Udah yuk, makan. Aku laper banget.”jawabku seraya mengamit lengan Erik,”yang
deket aja, ya? Di Bakso Bakar? Ntar telat rapat, lagi.”
“Ya kalo telat dan dimarahin Pemred kamu lah yang tanggung.”omel Erik,
masih tidak terima karena dia terlalu lama menungguku. Aku hanya diam, tidak
menanggapi omelannya kalau tidak mau diomeli lebih parah lagi.
Aku dan Erik adalah salah satu reporter Gema Sakti, lembaga pers mahasiswa
di universitas kami, Universitas Nussahid. Ya, aku dan Erik memang anak anti sosial
yang sangat malas bergaul, apalagi berorganisasi. Namun ketentuan di
universitas kami bahwa setiap mahasiswa harus mengikuti paling tidak satu organisasi
kampus. Setelah menghitung kancing, akhirnya pilihan kami jatuh pada Gema Sakti
tersebut. Hari Jum’at pukul 15.00 WIB adalah rapat mingguan kami. Karena rapat
sering berlangsung hingga malam hari dan Mams sangat melarangku untuk pergi
sendiri jika hari sudah gelap (“Mams nggak bisa bayangin kalo nanti Non
dirampok terus leher Non digorok!!!”) maka dengan berat hati aku selalu meminta
Erik untuk datang rapat bersama. Yang jadi masalah adalah, kelas Erik selesai
satu jam lebih dulu dibanding kelasku dan dia selalu senewen ketika menungguku. Pertengkaran mengenai tunggu-menunggu ini adalah hal yang lazim bagi kami.
“Nih baksonya kutambahin punyaku, deh…”kutaruh baksoku yang paling besar
ke mangkuk Erik sambil menyunggingkan senyumku yang paling manis untuk merayu
Erik yang masih kesal.
“Bisa banget nyogoknya.”gerutunya, namun dimakan juga bakso yang telah
kutaruh tersebut.
Aku menahan senyum dan melanjutkan makanku. Suasana hening beberapa saat
karena kami sama-sama menikmati makan siang kami sebelum menjalani rapat yang
super melelahkan. Kudengar Erik menyeruput jeruk hangatnya, pertanda ia sudah
selesai makan.
“Non, aku mau nanya, deh.”
“Haphah?”jawabku tidak jelas karena mulutku masih penuh. Oke, mungkin
detil tentang diriku yang ini sedikit menjijikkan.
“Kamu seminggu ini kayaknya aneh. Gelisah gitu. Kenapa?”
Hampir saja aku tersedak. Hubunganku dengan Erik memang fucking close
sehingga kami seakan bisa membaca pikiran satu sama lain. Cuma… aku nggak
mengharap Erik bisa merasakan kegelisahanku yang ini. Yang enggak penting.
“Nggak papa, kok. Capek aja, banyak tugas.”elakku.
Erik diam, menyangsikan jawabanku. Cuma pada akhirnya sepertinya ia
menyerah untuk mengorekku dan hanya menepuk pundakku saja, seakan menguatkan.”Makan
pelan-pelan, Non. Nggak keburu waktu. Jangan lupa minum air putih.”
Mungkin aku PMS atau apa, tapi perhatian Erik barusan membuatku sangat
terharu. Juga sangat bersalah karena tidak menceritakan apa yang menggangguku
seminggu belakangan. Tidak mungkin aku bercerita bahwa kegalauanku ini
disebabkan karena ada orang yang bahkan aku nggak tau siapa dan nggak tau bahwa
di dunia ini ada yang namanya Clarissa Nadie, tidak membalas emailku. Sorry, ya, Rik. Khusus yang ini aku simpen
sendiri, ya… sama Mazaya.
*
Kuhempaskan diriku ke kasur. Ah… betapa nyamannya! Rapat kali ini
berjalan sedikit alot karena banyak perdebatan antara koordinator bidang
mengenai isi Issue!- newsletter milik
Gema Sakti. Baru pukul 22.37 aku sampai rumah dan langsung masuk kamar saking
lelahnya. Namun baru saja aku ingin memejamkan mata, handphone ku berbunyi, sebuah SMS dari salah seorang temanku yang
baru saja mengirimkan email
tentang tugas kelompok. Aku mendengus sebal. Nggak ngerti orang lagi capek,
apa?!
Kubuka laptopku kemudian mengklik salah satu browser. Kuketik akun
emailku, namun tidak kucek terlebih dahulu. Ada sesuatu yang maha penting yang
harus kulakukan : scrolling twitter,
melihat berita apa saja yang aku lewatkan hari ini. Kulihat sekilas ada dua mention
yang masuk – belum kucek juga. Aku sedang asyik scrolling timeline. Hampir saja aku kena serangan jantung ketika kulihat
sebuah foto yang kukenal muncul di timeline,
sedang kultweet apalah itu nggak
ngerti. Aku nggak merasa pernah follow
dia atau bagaimana… dan bahkan aku ngga tau dia punya twitter… tapi kok…
Oh, dia Cuma minjam twitter
adiknya. Fuh, serangan jantung mini. Kulihat tab mentionku dan… dan…
Calon Dokter Masa Depan followed you
Dan serangan jantung besar ketika kulihat email… dan dia… si
@pradityaeee ini membalas emailku…
Subject : Re : Hai
From : Not
A Hero Yet <notadarksideofmine@yamoo.com>
To :
Clarissa Nadie <clarissanadie@yamoo.com>
Halo
Nadie! Salam kenal. Wah, kirain bisa bahasa jerman. Ternyata… sama aja kaya
saya, pake google translate! :p
Saya terimakasih
sekali lho sudah distalking-in blognya. Dan… soundcloudnya. Kamu follow twitter
saya kan? :p
Dan
enggak, enggak freak, kok. Hanya enggak biasa aja. Hehe.
Satu kata
buat web kamu : ANJIS KEREN. Itu gimana ceritanya bisa begituh?! Di endorse
berbagai perusahaan dan bisa sampai jadi rujukan hampir semua orang kalau mau
beli gadget? Wah, ternyata ini yang punya gadgetfreak?! Nggak nyangka lho,
kalian masih seusia saya! (yup, I stalked you too from your other blog. You don’t
mind, do you? :p). aduh… saya senang sekali deh ketemu teman yang hobinya sama.
Salam,
Panggil
aja Adit.
-FLOWER-
Haii add back ya? Makasihh:) btw, aku suka cerita jingga dan senja nya:--)
ReplyDeletehaii vida, makasih yaa sudah membaca karya kami :)
DeleteKapan dilanjut lagi ceritanya? penasaran nih ka
ReplyDeletemaaf yaa karna lama menunggu lanjutannya. hari ini part 6 nya diposting, selamat membaca :)
DeleteKpan ni klanjutan ny sist?? Dh nungguin nii..
ReplyDeletehari ini akan diposting lanjutannya. maaf yaa lama menunggu huhu . selamat membaca :)
Delete