Rumah sakit. Disanalah saat ini Ata,
Tari, Fio, Ridho dan Oji berada. Mereka
bersebelahan, tanpa bicara sama sekali. Duduk
dalam isakan, dan air mata yang tak henti mengucur. Mereka larut dalam pikiran mereka masing-masing yang
meneriakkan hal yang sama : Ari!
Ridho melakukan komunikasi dengan Raka.
Dari hasil penelusurannya, Raka mendapati bahwa rem motor Ari telah disabotase!
Dan Raka menjadi sangat tersinggung akan hal ini, karena saat ia mengecek untuk
terakhir kalinya, motor hitam itu berada dalam keadaan sempurna.
Ridho menggeram. Dasar Angga sialan!! Ceritanya tadi, selain menjadi ajang curhat,
pastilah menjadi ajang untuk menyabotase motor Ari. Pantas saja Bram terlihat
sok melakukan pengecekan akhir nggak penting.
“AAAARRRGGGHHH!!!”
Ridho merasa sangat bodoh karena tidak
peka terhadap hal tersebut. Ingin rasanya ia mengejar kedua pentolan Brawijaya
tersebut, kalau saja tidak dilihatnya kedua orang tua Ari dan Ata yang berlari
menghampiri mereka.
“Ariiii! Ari dimanaaa?!” Mama berteriak
histeris. Papanya Ari merangkul
mantan istrinya tersebut, mencoba menenangkan. Tak lama, dokter keluar dari
ruang ICU.
“Luka di tubuhnya berhasil ditangani.
Hanya saja... Ari mengalami pendarahan yang cukup serius di organ tubuh bagian
dalamnya. Kita harus secepatnya melakukan operasi sebelum terlambat.”
Hanya itu. Kata-kata yang sama sekali
tidak menenangkan, membuat semua yang mendengarnya seketika lemas. Tubuh Mama
langsung terkulai dalam pelukan Papa. Wanita itu kehilangan kesadarannya.
Tuhan....
bantu Kak Ari untuk melewati ini semua...
*
“KELAKUAN KALIAN ITU BISA BIKIN ANAK
ORANG MATI!!”
Entah sudah berapa kali Gita berteriak
histeris pada dua cowok yang tidak sedikitpun menunjukkan rasa bersalah.
Keduanya malah menampilkan seringai puas, seakan-akan baru pulang dari Dufan
dan berhasil mencoba seluruh wahana yang tersedia tanpa harus mengantri. Angga
malah membutakan hati dan telinganya.
“Apa yang kalian lakuin bukan pembalasan
dendam. Bukan...” Gita mendesis marah. “Ini tuh kriminal!! Lo semua bisa
dipenjara karna hal ini!"
Gita memalingkan wajahnya untuk langsung
menatap Angga. “Lo pikir Kirana bakal seneng dengan pembalasan yang seperti
ini?! Yang ada malah dia bakal benci sama lo, SELAMANYA!”
“CUKUP!!!”
Disingungnya nama Kirana berhasil
membuat emosi yang sengaja ia tahan agar tidak kalap pada saudaranya sendiri,
akhirnya bangkit. Bahkan, sampai hati ia menampar sepupu kesayangannya itu, dua
kali!
“Jangan coba-coba nasehatin gue lagi!”
Gita terkesiap, sorot matanya nampak terluka. Bukan karena tamparan Angga, tapi
karena kecewa. Sama sekali tidak menyangka bahwa sepupu kesayanganya, panutannya sejak kecil, telah
berubah menjadi monster pembunuh akibat rasa dendam yang ia pendam selama
bertahun-tahun.
“Baik. Nggak akan. Ini yang terakhir
kalinya.”
Gita berjalan lemah meninggalkan Angga
dan Bram. Saat itulah baru Bram bersuara, menanyakan tujuan Gita.
“Ke tempat dimana ada hati yang lebih manusiawi
serta lebih terbuka menerima pertolongan.”
*
Di pojok ruangan, di tempat yang
terpisah dari teman-temannya. Disitulah Ata berada. Ata sedang mencerna seluruh
kejadian yang terjadi hari ini dengan hati yang luar biasa sakitnya sehingga ia berpikir bisa mati
karenanya. Ia sengaja tidak mendekat. Ia tidak berani mendekat.
Bukan, ia bukannya takut dengan kecaman seluruh orang. Bahkan kalau itu
membantu, ingin sekali ia dihajar – siapa saja boleh, dengan sangat brutal,
agar ia merasakan sakit yang sama. Tapi bagaimanapun hebatnya ia dihajar… ia
tahu, tidak ada yang bisa menghilangkan perasaan berdosa ini darinya.
Apa yang sudah ia lakukan? Menyetujui
adiknya melakukan balapan dengan Angga, yang ternyata menyimpan dendam bukan
kepada Ari secara khusus, namun kepada dirinya?
Apa yang telah Ata perbuat?
Menggulingkan Ari dari tahtanya di SMA Airlangga, merebut semua yang Ari miliki
disana, namun... Ari tetap mengisi tempatnya dalam pembalasan dendam yang Angga
rencanakan?
Kakak macam apa? Saudara macam apa? Yang
tega menyeret adiknya ke dalam permasalahan yang bahkan menyangkut nyawa
seperti ini!
Ata menyesal. Lebih dari itu, ia... Ia
merasa kotor. Baru saat ini ia benar-benar menyadari kesalahannya.
Ari saja bisa dengan ikhlas melupakan
kesalahan dan kekejaman yang Ata lakukan terhadapnya beberapa bulan terakhir
ini. Ari bahkan rela meninggalkan semuanya demi Ata. Ari bahkan tidak
menyebut-nyebut semuanya! Ia lakukan itu dalam diam, tanpa pernah diungkit ke
permukaan. Sedangkan Ata? Ya, ia pamrih. Ya, ia tidak ikhlas. Ya, ia menjalani
semuanya dengan perasaan tertekan. Kenapa?
Kali ini, kejatuhan yang dialami oleh
Ari... menjatuhkannya juga dengan sempurna.
Tuhan...
jika masih pantas aku meminta, tolong... Tolong selamatkan nyawa orang yang
telah merelakan segalanya demi keserakahanku...
*
Sudah seminggu. Seminggu yang
meletihkan. Seminggu yang penuh dengan perasaan harap-harap cemas. Seminggu
menunggu sosok matahari yang saat ini terbaring di rumah sakit untuk bersinar
lagi.
Seminggu yang menyesakkan. Ari masih
saja tertidur, koma, membuat perasaan kalut tidak dapat dihilangkan dari hati
tiap orang yang menyayanginya.
Mama, yang
setiap hari, setiap detik, berada di samping Ari. Hampir tak pernah melepas
tangan anak bungsunya itu, seakan menyalurkan kekuatannya melalui genggaman
tangan. Mama, setelah histerianya hari pertama, tidak pernah lagi menangis.
Beliau Nampak sangat pasrah. Duduk di samping Ari, terkadang di sebelah
telinganya, beliau melafadzkan doa yang tidak putus-putus.
Papa, yang
melepaskan segala urusan kantor dan memutuskan untuk selalu berada di rumah
sakit. Berdua dengan mantan istrinya, ia menunggui putranya yang sedang
terbaring koma. Papa tidak berbicara apa-apa, tidak melakukan apa-apa. Hanya
saja, setiap malam, ketika semua orang sudah terlelap tidur, isaknya mengalun
pelan.
Ridho dan
Oji, yang ikut berjaga di rumah sakit, kecuali saat-saat mereka harus ke
sekolah atau bimbel. Mereka duduk di sebelah Ari, bercerita tentang kejadian di
sekolah dan kegiatan mereka hari itu, bercerita tentang berita apa saja, dari
mana saja, seolah-olah sahabatnya itu ikut bergabung dengan kehebohan mereka. Berusaha agar segalanya nampak normal meski mata mereka tidak dapat
menyembunyikan rasa pilu.
Fio
mungkin posisinya
lebih tepat
disebut sebagai penjaga
Tari dibanding menunggui Ari. Gadis itu selalu menjadi penopang
teman sebangkunya di sekolah, karena dilihatnya kondisi Tari yang sangat tidak
stabil. Walau begitu,
Fio tetap melantunkan doa-doa yang tulus di telinga Ari
setiap ia memasuki ruangan
perawatan.
Tari, yang
nyaris tidak pernah meninggalkan rumah sakit – bahkan untuk sekolahpun tidak –
dan menolak untuk meninggalkan ruang perawatan Ari meski tidak masuk ke dalam
sama sekali. Aneh, memang. Tapi Tari sama sekali tidak menangis. Hanya saja, ia
harus diseret untuk istirahat dan harus disuap Fio agar mau makan dan minum.
Keadaannya jauh lebih memprihatinkan dibanding menjadi manusia slang air tempo
hari.
Namun,
diantara semua keadaan, tidak ada yang dapat menandingi kegetiran Ata. Ata
memandangi Ari yang pada tubuhnya terdapat banyak selang dan kabel yang
menempel. Pada tubuh yang diam itu, Ata... mengakui kesalahannya. Selalu.
Setiap hari. Pertahanannya runtuh.
“Maafin gue...” Selalu itu yang dia
ucapkan. “Lo selalu jadi adik yang sempurna. Lo selalu jadi anak yang bersikap
manis. Kalo sampe lo kenapa-napa sekarang, itu... sudah dapat dipastikan kalo
itu salah gue...”
Ari tetap tidak bereaksi. Ata paham.
Mungkin Ari butuh waktu untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya lebih lama
lagi. Karena dalam komanya ini, Ata melihat wajah Ari sangat tenang, damai,
tidak tertekan seperti sejak kedatangannya. Wajah itu... seperti tidak memiliki
beban.
Ata teringat percakapannya dengan
Papanya kemarin, saat Ari akhirnya dipindahkan ke ruang perawatan.
“Sudah puas, Nak?” Papa berujar pelan.
Nada kecewa tidak dapat dihilangkan dari suaranya. “Sekarang, kembaranmu sedang
terkapar, berjuang mempertahankan apa yang masih tersisa dalam dirinya. Nyawa.
Yang sewaktu-waktu nggak bisa kita ketahui, apakah nyawa itu dapat bertahan
atau juga pergi. Hanya, saja... Papa berharap agar nyawa itu tetap tinggal
disana. Seperti sahabat-sahabatnya yang sempat kamu jauhkan dari Ari, yang
akhirnya kembali. Papa harap kamu juga menemukan jalan untuk hatimu kembali
seperti dulu, Nak. Ata yang jagoan. Ata yang melindungi dan menyayangi Ari.
Ata... anak kebanggaan Papa dan Mama...”
Ata dapat mengerti kekecewaan Papa. Juga
tatapan Mama
padanya. Walau Mama
tidak mengatakan apa-apa, namun Ata mengetahui artinya. Karena dulu, sebelum mereka pindah ke
Malang, Mama
pernah mengatakannya.
“Ata dan Ari... dua-duanya anak
kebanggaan Mama. Sampai kapanpun, Mama nggak akan pernah bisa memilih kalian.
Kasih sayang Mama untuk kalian... seutuhnya.”
Ata sudah pernah mendengarnya, namun
kenapa ia masih saja merasa wajib untuk mengisi tempat Ari, yang berujung pada
ketidakikhlasan hatinya dalam melakoni peran sebagai seorang anak?
“Maafin gue....”
Ata kembali terisak pilu.
*
Seorang ibu adalah penjaga paling setia.
Yang ia serahkan bukan hanya tenaganya, namun juga kesungguhan dalam berdoa.
Berharap agar anaknya sembuh kembali. Berharap agar anaknya dapat berbahagia
kembali. Berharap semua kepedihan yang menimpa keluarganya, saat ini...
benar-benar usai.
Mama megengangi tangan Ari, mengusapnya
dengan saputangan basah yang sudah disiapkan untuk membersihkan tubuh
anaknya. Hatinya terasa sakit saat melihat ketidakberdayaan Ari ini. Sungguh,
kalau memang bisa... Ingin rasanya ia menggantikan posisi Ari. Namun, mana mungkin hal seperti itu
terjadi...
“Ari... Cepat bangun ya, Sayang. Ari
nggak kangen sama Mama? Ata? Ata sekarang selalu menunggui Ari di rumah sakit,
Nak...”
Seperti itu. Mama sering melakukan
monolog, untuk ‘memanggil’ Ari kembali.
Mungkin... Monolog kali ini membuahkan
hasil. Jari yang sedang beliau usap saat ini... Jari itu bergerak lemah!
Cepat-cepat mama mengedarkan pandangannya pada wajah Ari.
Mata itu... sedang berusaha membuka.
“ARII?!” Pekik Mama histeris. “Ariii...
Kamu sadar, Nak?!”
Pekikan sang mama yang begitu keras
membuat Ata, Ridho, Oji dan Fio tersentak. Cepat-cepat mereka masuk ke dalam
ruangan.
*
Angga tetap mengeraskan hatinya. Namun,
tak urung ia penasaran. Seminggu lebih Ari terbaring di rumah sakit tanpa ada
perkembangan yang berarti, begitu kata Gita setengah mengecamnya. Seminggu lebih
juga Tari tetap setia di rumah sakit, namun tidak berani masuk ke dalam. Tidak
berani melihat Ari yang ada tubuhnya ditempeli berbagai macam selang dan kabel.
Ketika Angga menanyai kondisi gadis itu lebih detail lagi, Gita hanya mendesah
lemah.
“Datang dan liat sendiri, kalo emang lo
bener-bener peduli.”
Disinilah Angga sekarang. Memerhatikan
Tari, walau hanya dari jauh. Melihat dengan jelas, apa yang sepupunya suruh
untuk ia lihat sendiri.
Gadis yang saat ini sedang ia amati...
tidak lagi terlihat seperti apa yang tersisa dari memorinya. Jingga Matahari
yang ia kenal adalah gadis yang enerjik, pemberani, dan gampang tertawa.
Sedangkan gadis yang ia lihat sekarang... Lebih mirip seperti mayat hidup.
Bahkan matanya kosong, tidak menunjukkan cahaya apapun berkaitan dengan
kehidupan.
“Tari, Kak Ari sadar!”
Pekikan Fio yang mengoncang-goncangkan
tubuh Tari membuat Angga menegang.
Cowok itu... berhasil bertahan. Angga
memanjatkan doa dalam hatinya dengan sungguh-sungguh. Mengharapkan kesembuhan
rivalnya yang telah ia jatuhkan dengan cara curang. Kesembuhan yang... semoga
saja bisa membuat gadis yang ia cintai kembali menjadi secerah matahari.
*
Ari mengerjapkan matanya lemah, berusaha
beradaptasi dengan sinar dari luar matanya. Wajah pertama yang ia lihat adalah...
Wajah Mama yang penuh dengan air mata. Ari berusaha tersenyum.
Wajah kedua yang ia lihat adalah wajah
para sahabatnya, Ridho dan Oji. Keduanya berangkulan erat, menampilkan senyum
sumringah serta puji-pujian terima kasih atas ‘kembali’nya Ari dari tidur
panjangnya.
Wajah selanjutnya yang ia lihat
adalah... Wajah yang serupa dengan dirinya. Ata.
Tanpa peringatan sebelumnya, Ata
langsung melesat memeluk kembarannya itu. Ari tidak bisa balas memeluk.
Tenaganya bahkan belum cukup kuat untuk tersenyum lebih lebar lagi.
Namun, Ari merasa ada yang kurang. Ada
wajah yang belum ia lihat. Wajah milik...
“Tari mana?”
Suaranya yang pelan terdengar sangat
jelas di telinga orang-orang yang berada di ruangan tersebut. Lantas, semuanya
memandang pada satu titik: pintu masuk ruangan tempat Ari dirawat.
Disana, Tari berdiri goyah. Antara sadar tidak sadar, antara percaya tidak
percaya. Ia takut semua ini hanya fatamorgana. Ia takut bahwa ia hanya
membayangkan kesadaran Ari saja.
Ari merasa
pilu. Gadisnya… sangat kacau. Dipanggilnya gadis itu dengan suara pelan. Gadis
itu masih terpaku. Disamping gadis itu, Fio berbisik, membujuk Tari pelan untuk
menghampiri Ari. Disana, tangan gadis itu gemetar seakan menahan gejolak di
dadanya. Perlahan, gadis itu
mendekati ranjang tempat Ari saat ini terbaring dan duduk disana, di tempat paling ujung.
Seakan paham, kini ruangan itu hanya
diisi oleh mereka berdua, sementara yang lain dengan kesepakatan yang tak
disuarakan, langsung berjalan meninggalkan mereka.
Keduanya butuh privasi, keduanya butuh
penawar. Dan yang satu... jelas merupakan penawar bagi yang lain.
“Hei...”
Suara itu menyapa lemah, dengan tak lupa
menyertakan sebentuk senyum. Tari masih tidak dapat bereaksi. Otaknya sedang
benar-benar memastikan bahwa ini... Orang ini, sepenuhnya telah kembali.
Lebih dari sekedar kesadaran fisik.
“Lo nggak seneng... gue sadar?”
“Kesadaran seperti apa?” Akhirnya Tari
mampu menyuarakannya. Ari paham. Diisyaratkannya Tari untuk merebahkan
kepalanya di pundak cowok itu. Tari menurut.
“Lo pasti udah ngelewatin hari-hari yang
sangat sulit.”
Itu pernyataan. Bukan pertanyaan. Tari
menggeleng lemah, membantah. “Nggak... nggak sesulit yang Kak Ari lalui.”
Beberapa saat yang sunyi. Tangan Ari
tetap bermain di puncak kepala gadis itu, mengelusnya lembut. Sebentuk kecil
dari berbagai macam kebiasaan Ari yang sangat gadis itu rindukan.
“Apa kabar, Tar? Lo keliatan kurus.”
Tangis gadis itu akhirnya pecah.
Perhatian itu... itulah yang dia inginkan. Itulah yang ia rindukan. Sebentuk
perhatian kecil dari Ari!
“Lo selalu jahat kalo udah di rumah
sakit, ya,” kata Tari sambil terisak, “Kenapa selalu tidur lama-lama, sih?
Seneng liat orang kuatir?! Sebel!”
Demi untuk menenteramkan hati gadisnya,
Ari kembali mengelus lembut kepala gadis itu.
“Maaf...”
“Selalu minta maaf!” tukas Tari keras.
“Gue butuh tindakan nyata...”
“Iya, gue tau...” Ari memegang lembut
dagu Tari, sehingga bisa dilihatnya wajah manis gadis itu dari dekat. “Nggak
akan ada lagi kata menyerah. Nggak ada lagi yang meninggalkan, baik ikhlas
maupun nggak ikhlas. Yang ada hanya menetap.”
Tari tersenyum lega. Memang itulah
jawaban yang ia butuhkan. Menetap. Sebentuk senyum akhirnya tergambar di wajah
Tari.
Sebentuk senyum menggemaskan itu...
menggoda Ari untuk mengunci senyuman itu dengan bibirnya. Dikecupnya senyuman
itu dengan lembut.
Kecupan kali ini... Bukan seperti
sebelumnya. Kecupan kali ini seakan menyatukan perasaan untuk waktu yang tak
terhingga. Simbol penyatuan hati yang... semoga saja abadi.
EPILOG
Tari gelisah, mondar mandir di ruang tamu,
sesekali matanya melirik jam tangan. Gimana,
sih! Tumben-tumbenan tuh orang telat! Rutuknya dalam hati. Ketika akhirnya
didengar suara klakson mobil, Tari terlonjak. Dengan sekali lagi memastikan
ikatan rambutnya sudah terlihat rapi, pin mataharinya sudah terpasang di
cardigan oranye yang dipakainya, serta lipatan rok yang tidak salah jalur, Tari
menyambar tas selempangnya dan pamit pada Mama. Mama hanya tersenyum,
menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan anak gadisnya itu.
“Buruaaan!!”
Tari terpana, yang tadinya ingin
langsung mengomel, tapi seketika semuanya teredam. Di hadapannya sekarang telah
berdiri seorang cowok yang... baru disadarinya kalo cowok itu sangat tampan.
Matahari Senja.
Bagaimana mungkin Tari tidak pernah
menyadari bahwa Ari ternyata sekeren ini? Yah... Pernah, sih. Saat pertama kali
mereka bertemu. Itu juga sebelum drama mereka dimulai. Namun akhir-akhir ini,
ketika posisinya sebagai perempuan satu-satunya yang bisa berada di sekitar
Ari, yang bisa melakukan apapun, yang bisa melakukan tugasnya sebagai kekasih
yang baik... Tari tidak pernah benar-benar memerhatikan penampilan Ari.
Ari menjentikkan jarinya di depan muka
Tari. Gadis itu langsung terlonjak dan kembali memasang muka judesnya. Iya sih, ni orang emang cakep, bersih, tinggi.
Sempurna, deh! Asal sikap seenaknya itu diilangin aja, sempurna banget, deh! Tari
menggerutu dalam hati. Kesal karena hari ini Ari terlambat menjemputnya.
Dengan dorongan lembut dari kedua tangan
Ari yang nongkrong di bahunya, Tari berjalan memasuki sedan hitam milik cowok
itu, satu hal lagi yang membuatnya kesal di pagi ini. Pantesan telaaat!
“Udah... Jangan cemberut gitu, dong. Kan
yang punya kepentingan gue. Kenapa jadi lo yang sewot?” ujar Ari menenangkan.
Tari tetap melancarkan aksi bungkam, namun dengan kelegaan lain yang menyergapi
hatinya.
Pada kesembuhan Ari yang datang bagai mukjizat, Tari merasa sangat
bersyukur. Pada sikap seluruh warga SMA Airlangga – baik itu para siswa, para
guru, para penjual makanan di kantin, sampai para satpam dan cleaning services – Tari juga sangat
terharu karena semuanya memperlakukan Ari dengan sikap hangat. Termasuk... Ata.
Tari bersyukur. Segalanya kembali
berjalan normal sebagaimana mestinya. Walau belum sempurna, walau butuh
proses... Yang pasti, semuanya terpuaskan. Semuanya lega. Segala beban hati
yang rasanya berat telah terangkat, membuat hati yang hitam menjadi putih. Dan
keikhlasan, pelan namun pasti, menyelimuti tiap-tiap jiwa yang pernah tersesat.
“Iya, buruan jalan, yuk. Berdoa aja
nggak kena macet!”
Ari tertawa geli. Digenggamnya tangan
gadisnya itu dengan hati yang hangat. Penopangnya, yang selalu setia
menuntunnya untuk kembali bersinar.
*
Pagi yang
sangat cerah. Matahari memancarkan sinar keemasan yang hangat, langsung menerpa
wajah Ata
yang sedang berdiri di depan
pintu gerbang Universitas Sagadharma pagi ini, memandangi gadis
yang sedang mondar-mandir gelisah di dekatnya dengan cemas. Ini hari kuliah
perdananya! Bisa-bisa ia terlambat karena gadis ini keukeuh menunggu seseorang.
“Udahlah, Git… nanti juga ketemu di kampus, kan.”
Mata Gita
melebar, seakan Ata menyuruhnya menelan jamu brotowali.
”Kita ini
udah janjian, Kak Ataaa…”
Ata hanya
bisa mengerucutkan bibirnya, menurut saja agar gadisnya tidak berubah menjadi hulk.
Gadisnya?
Ata tersenyum. Dengan bangga, Ata sekarang dapat menyebut Gita sebagai
gadisnya. Setelah beberapa waktu menjalin hubungan secara de facto, akhirnya Ata memutuskan untuk meresmikan hubungan dengan
gadis yang telah menjadi lentera untuknya. Seperti Tari untuk Ari, begitulah
arti Gita untuknya.
Hubungan
itu jelas
saja membuat Angga
hampir terkena serangan jantung. Namun setelah Gita berbicara pada kakak
sepupunya itu – yang Ata yakini bahwa Gita memainkan sifat manipulatifnya –
akhirnya Angga mengeluarkan keputusan terserah lo aja.
Selama
hubungan itu berlangsung, Ata mempelajari bahwa sebenarnya Gita ini
sangat galak. Jenis pacar
cerewet yang memperhatikan detil-detil tertentu. Jenis pacar yang langsung
melemparkan tatapan membunuh pada lawan jenis yang ganjen. Namun Ata tidak
mengeluh. Kecerewetan Gita adalah bentuk perhatian nyata dan berkat Gita yang over protective, tidak ada cewek
seagresif Vero yang berani mendekatinya. Ata tidak mengeluh.
Bagaimana mungkin Ata akan mengeluh,
jika ia mengingat bahwa gadis itulah yang telah membuat hatinya menemukan jalan
pulang? Jika gadis itu, bersama-sama dengan Tari, selalu mengupayakan segala
macam bentuk perdamaian dan usaha untuk mendekatkan dirinya kembali dengan
bayangannya, dengan cerminnya?
Ata tersenyum samar, ungkapan tulus rasa
bersyukurnya atas kehadiran hal-hal baik dalam kehidupannya akhir-akhir ini.
Tak berapa
lama kemudian, sebuah motor berhenti di depan mereka. Oji
membuka kaca helmnya sembari
nyengir untuk menyapa Ata dan Gita.
“Kak
Oji nggak liat tuh anak dua?” Tanya Gita, tanpa membiarkan Oji mengucapkan salam
terlebih dahulu.
Oji
mengangkat bahu.
”Entahlah.
Keberadaan mereka saat ini, siapa yang tahu? Mungkin saja mereka tertinggal di belakang. Mungkin
saja mereka berhenti sejenak, menikmati pemandangan padatnya jalanan Jakarta
sebagai suatu mahakarya indah. Entahlah.
Saya berjalan terlebih dahulu, di tengah deru mobil,
berdua bersama motor di
samping saya ini. Bergerak menyongsong mentari pagi.”
Gita
langsung mencubit lengan Oji sedangkan Ata tertawa terbahak-bahak mendengar Oji
bersyair. Memang, semenjak diterima di jurusan Sastra Indonesia, Oji jadi gemar bersyair.
Tak butuh
waktu lama untuk Oji pamit pergi akibat cubitan Gita memberikan efek yang
sangat dahsyat. Hanya
sepersekian detik, giliran sedan putih Ridho yang berhenti di depan Ata dan
Gita. Ridho tidak turun, hanya membuka kaca jendela.
“Oji tadi
bersyair lagi?” Tanya Ridho geli, yang dijawab dengan suara tawa milik Ata serta wajah merengut milik Gita. Sembari menggeleng seakan malu mempunyai teman
seperti Oji, Ridho langsung pamit untuk pergi. Dilambaikannya KUHP yang sepanjang perjalanan
menuju kampus selalu ia pangku.
“Astaga…
itu mereka!” pekik Gita histeris. Tangannya menunjuk sepasang kekasih yang baru saja turun dari
bus. Terdengar suara omelan dari gadis itu
sedangkan muka si lelaki nampak pasrah dengan omelan ceweknya.
Gita dan
Ata sama-sama menggeleng melihat pemandangan yang tersaji di
hadapan mereka dan memutuskan
untuk pura-pura tidak mendengar apapun. Lambaian tangan Gita
pada mereka berdua membuat si cewek sejenak menghentikan omelannya, balas
melambai dan berlari menghampiri Ata dan Gita.
Ari dan Tari berlari hingga sampai di
tempat Ata dan Gita berdiri. Setelah mengatur napas, Tari lanjut mengomeli cowok yang
tadi berlari bersamanya.
“Kan tadi udah dibilang jangan bawa
mobil, pasti macet. Nggak percaya, sih!”
“Lho, kan udah gue bilang juga kalo
motor gue masih di bengkel!”
“Kan tadi udah mau manggil ojeeek!”
“Ya ampun, Jingga Matahariiii. Emangnya
gue mau ke pasar?!” Ari menjitak lembut kepala Tari. Gadisnya itu... terkadang
idenya suka ngawur!
“Lho, mobil Kak Ari emang dimana?” Tanya
Gita penasaran. Ari hanya menjawab dengan cuek.
“Gue tinggalin aja di pinggir jalan. Udah
nelepon Raka, sih, buat ambil.”
Dasar
orang kaya! Rutuk Tari kesal. Pandangan matanya
kemudian menatap Ata, yang sedang tertawa geli melihat kejadian di depannya.
Ari juga melihat sebentuk tawa itu, yang akhirnya turut menyumbang senyum di
wajahnya.
Hari yang baru. Kehidupannya sebagai
saudara yang saling menjaga dan melindungi... perlahan disongsongnya kehidupan
itu. Memang tidak mudah pada awalnya menyatukan kembali hati yang telah usang.
Perlu ada perbaikan disana-sini.
Namun, Ata dan Ari percaya... Lambat
laun, keduanya akan kembali utuh seperti masa sepuluh tahun silam.
Seperti janji matahari di langit senja.
Walaupun sempat menghilang beberapa saat, walaupun sempat membuat gelap
sekeliling, namun kedatangannya untuk kembali menyinari bagian tergelap itu
pasti. Sepasti kebahagiaan baru yang datang dalam kehidupan kedua matahari
kembar tersebut.
Seraya melemparkan senyum perdamaian,
Ata dan Ari berjalan memasuki gerbang kampus diiringi dengan gadisnya
masing-masing, Gita dan Tari.
_ PRINCESS, FLOWER AND STORY_
TAMAT
TAMAT
KEEREEEEEEENNNNNNNNNNNNNNNN.........
ReplyDeletegak sia sia ampe jam segini ane bacanya :)
thanks kaa
whoaaaa makasih yaaa udah belabelain bacaaa . semoga memuaskan hehe :)
Deletelho sudah ending?? :O cepet banget.. kirain masih bakal dipanjang2in kyk sinetron indonesia.. hehehe.. tapi jgn ding, gini aja. bagus... makasih ya.. untuk ide bikin cerbung yg bagus banget ini.. makasih sudah jadi penawar kita2 yang sudah terlalu lama nunggu JUM yg ga terbit2. makasih sudah 'menghidupkan' Ari lagi menghadirkan dia lagi. semoga someday JUM bakal terbit. ayo bikin JUM versi lain.. dengan konflik kecil yg beda walaupun konflik utamanya sama. heheehhe.. ketagihan sama 'Ari-Tari' moment yg kalian bikin nih. xp
ReplyDeleteduh ini aja udh panjang bgt 17 part malah bingung mau manjangin dimana lagi hehe :D samasama . samasama . sama yaaa :') MAKASIH banget jugaa udah baca ff ini dari awal hingga saat ini, setia ditungguin, setia dikomenin, aaaaakkk terharunyaaah :') AMIN! JUM asli harus terbiiitt. duh haduuuh ini jadinya ff tak berkesudahan dong hahaha .. wuiih suka sama Ari-Tari momen yg mana niih? :D
Deletesemua hal yang berbau ngusap2 rambut.. hahaha...
Deleteoiya, kmrn ak nunggu ini sampe jam 1 pagi. trs ketiduran, bangun2 eh sdh ada.. haha
Deletehahahaha sekali lagi makasih banyak yaa praditaaa :D
Deleteudh tamat aja ?? tissue bergeletakan di mana " sedih banget,, tapii baguss bangett. KEREN semoga ada lagi yg buat kay gini.. kanggen JUM
ReplyDeletemungkin yossi sendiri yang mau bikin? hahaha.
DeleteAaaaaa kak kereeeeennn tp masih kurang puas hiksss :"")
ReplyDeleteBuat lg dong kak fanfic2 ttg jds lainnya buat ngobatin rasa kangeen :(
Salut sama kakak-kakak!!!
hahaha.. emang mau dilanjut bagian apa lagi nih? hihi
DeleteLanjut yg ada ari-tari pokoknya kak kangen akut nih hikss.
DeleteAtau buat cerita lagi yg kurang lebih kyk garis besar JUM gt coba kak? Ya yg kyk kakak buat ini cuman tiap2 kejadian diubah/diganti. *aduh enak bgt ngomongnya* -__- hehehehe maaf kak byk bacot
hihihhii doakan saja yaaa dindaa :D
DeleteWAAAAHHHH DAEBAK DAEBAAAKKK!!!KEREEEEEN BADAIII *tepuk tangan...kasih 10jempol...hahahaha
ReplyDeletesumpaaah kren bget,mengharu biru bkin nangis2 dan bkin ktwa jga gra bang oji hahahaha
author-nim buat ff lgi dong yg brhubungan sama JDS gitu..bkin ffnya oji ato gag ridho :D hehehehe
pokokonya ditunggu ya ff selanjutnya... :) :)
makasih udah membaca karya kami, tapha-nim.. hehehe... :)) insyaallah nanti kalo iseng kami buat. hehehe
Deletewah, udah ending ya...!!! tp TOP bgt ff nya...
ReplyDeletemksih ya udh bantu meringankan kerinduan klnjutan JDE...meskipun ttp galau nih nungguin JUM...
btw, bikin ff tentang Ridho, Oji, atau Angga dong..!!?? kasian nih sama mreka, ga ada couple nya.... apalagi si Angga! merana dia...hiks
ridho sama oji aja, kali, ya.. homoan.. hehehe angga sama bram hihi
DeleteSETUJU BANGET!!!!!
Deletepengen tau kehidupannya oji, seneng banget sama sikap oji yg konyol :D bikinin dong tolong :)
kereeeennn baaangeeettttt!!!!! teeerrrrhhhaaaruuuuu!!!!! XD
ReplyDeleteaaak terimakasih telah membaca karya kami :)
DeleteKEREEEEEN!!!!!!! Tambahi lagi dong please bagian yang indah-nya huhuhuhu
ReplyDeleteSeperti gak beresa ini fanfic JUM deh. Bayanginnya udh JUM yang asli. :)
ReplyDeleteSuka banget, sampe nangis2 gue. Buatan lagi dong perjalanan kisah Ari-Tari yang romantis gitu.
Masih klepek2 sm kata2 menyentuh Ari utk Tari. <3 =)
sepakat,sepakat, ayo doongg..lanjutin cerita khusus Ari-Tari....gregetan nih...pliss.
Deleteyaampun. hihihi. nanti kalo diterusin jd fanfic rauwis2 hihi. mungkin cerita lepas aja, gitu, ya... buat selingan dr proyek kami yang sedang on going. hihi. terimakasih yaaaaa sudah di apresiasi sedemikian rupa.. hihi
Deleteyah abis , padahal suka sama ceritanya :( ayo dong lanjutin lagi cerita tentang tari-ari nya.
ReplyDeleteterimakasih yaaa telah diapresisi :)
DeleteMauuuu!! Mau lihat mereka lagi! Ari-Tari yang luar biasa banget, biarpun ada halangan melintang. Duuh... kalian buat ff-nya luar biasa. Saya jadi terharu banget. :3
ReplyDeleteterimakasih telah membaca karya kami :)
DeleteUwaaaaaaaah ff-nya keren, sumpah... bisa ngobatin rindu aku sma JUM..... Kyanya AKu pembaca yang telat dhhh yang lain ngikutin dari awal,,, aku baru baca kemarin dalm kurun waktu 6 jam aku tuntasin.... asli kerenn maksih ya ceritanya
ReplyDeletebuat ff tentang jum lagi dong ka :)
ReplyDeletewah nanti jadinya fanfic rauwis2 dong. hehehe. karya kedua kami nggak kalah menarik lho ;)
Deletemengharukan hujan air mata lagi
ReplyDeleteendingny mengharukan
*tepuk tangan
aaaaaakk... terimakasih sekali yaaa :)
Deleteaku ngebacanya kyak bukan cerbung,, udah kyak the real JUM,, gilakkkk kakk,, kerennn bgt deh pokoknya,, bahasanya penyampaiannya gak alay alias ngalir gitu aja,, aku nangis lo kak bacanya,, hihihihih
ReplyDeletebtw maksih udah ngurangin kerinduan akan matahri2 itu,, makasih kakak :)
kembali kasih, terima kasih juga telah membaca dan mengapresiasi karya kami :)
DeleteGak sia-sia ngeluarin air mata seember.....
ReplyDeletetissue... mana tissue... :p
Deleteaaaa.. too good to be true klo ini ff nya JUM, bukan the real JUM..
ReplyDeletenyambung banget logikanya sama 2 novel aslinya :)
salut banget untuk kak Putri dan kak Hana :)
waah, jadi GR. hehehe. terimakasih telah mengapresiasi karya kami :)
Deletewah fafic nya COOL abiss.. izin kopi ya untuk dibaca bareng2 di sekolah.. makasih.. Domo Arigatou.. sukses untuk fanfic nya.. lanjutkan karyanya..
ReplyDeleteterima kasih yaa sudah dibaca :) boleh saja, tapi jangan lupa mencantumkan sumbernya yaa say. baca juga karya kami yang selanjutnya yaa, makasih :)
Deletekereennn, panjangin lagi dong ceritanyaaaaaaaaa, kangen banget sama para Matahariiii..
ReplyDeleteterima kasih sudah membaca fanfic kami :) sama nih kami juga kangen sama para Mataharii huhuu
DeleteKa ini cerita asli dari jum ato kaka iseng iseng lanjutin ? hehehe
ReplyDeletehaloo febri, cerbung ini karyanya putri dan hana kok, bukan bikinan mbak esti. Tapi memang disesuaikan dengan JUM jalan ceritanya, yah untuk iseng-iseng memuaskan rasa penasarannya kita bersama tentang JUM deh hihi. Makasih yaa sudah membaca :)
Deletekerennnnnnnnnnnnnnnnn bangetttt,,,,smpe nangis bcanya,,,,
ReplyDeleteakhirnya HAPPY Ending jga,,,,
thnx ka2 keren banget nich fanfic of JDS :) :^) Daebak
heii kamu yang kereeennn, makasih juga yaa udah membaca karya kami :))
DeleteKereeennn... sesaakk napas bacanya.
ReplyDeleteTakut matahari senja kenapa2
Kenapa JUM blm jg trrbit :(
ari ga kenapa-napa kok hihi. makasih yaa sudah membaca fanfic kami :) iya nih, kenapa jum belum terbit ya :(
DeleteHati dag dig dug takut ari kenapa2 dan Akhir nya Happy ending... Kereeen :)
ReplyDeletekami juga happy karna astri membaca karya kami .. mkaasih yaa :))
DeleteSumpahh ini keren banget HAHA lagi dongg episodenya sampe nikah gitu ari sama tara nya hahaha
ReplyDeletewaduh, panjangnya ntar ngalahin sinetron dong hihi . makasih yaa udah membaca karya kami :)
Deletekeren bgt crita ini!! gak kalah keren sama karyanya kak esti. ngefans sama kalian. makasih bgt udh jadi penawar rindu kisah ari sama tari.. thankyu so muchh!! hidup matahari:)!!!
ReplyDeleteterima kasih kembaliii untuk martha yang sudah membaca karya kami :) hidup matahariii !!
Deleteka ini cerita asli dari novel jum atau kaka bikin sendiri?
ReplyDeletehaloo aulia, fanfic ini bikinannya kami sendiri dengan mengikuti alur dari dua novel sebelumnya . makasih yaa udah memaca karya kami :)
Deletegila sumpah! keren bangeeeeeeeeet ! rela belum tidur jam segini buat ngelarin baca nih ceritaa
ReplyDeletekamu juga kereeennn . makasih yaa sudah membaca karya kami :)
Deletebikin yang ari sama tari nikah doooong
ReplyDeleteauthor nya dulu yang nikah deh *eh*salah fokus* XD
DeleteHwaaa...
ReplyDeleteBagus buwangetttt mataku sampe sembab gara2 nangis. Buat cerita lanjutannya kak...kan mereka udah pada kuliah ceritanya perjalanan kisah cinta dua kembar diperkuliahan...heheheh
maksih kak amazing ff.e
hwaaaa makasih juga yaa buat kamu yang udah membaca fanfic kami hihi :)
DeleteYaaahh kooqq udh ending ajaaa sch kaaakkk? :( tp jempol 11 dch buat kakak!!! Bagus bgt........ kakak bikin novel sndri juga yaa.. di bikin versi yg lain donk kaaakk itung" mengisi kekosongan nunggu JUM versi mba esti terbit.. abis g terbit terbit sch.. d tunggu yaaaa kak vrrsi laen nya heheheh.. # hope
ReplyDeleteyaaahhh klo ga dibikin tamat ntr jadi sinetron yang panjaaaang bgt dong hehe . makasih yaa udah baca fanfic kami :)) ada tuh ada cerita yang baru, dibaca yaa selamat menikmati :)
DeleteHaii sist salam kenal :) sumpah ini fanfic yg PALING T.O.P B.G.T ^^ gaya penulisannya mirip kaya penulis aslinya JDS :D suka banget sama ceritanya, mengalir apa adanya dan bikin jantung jedag jedug..
ReplyDeleteDitunggu karya"nya selanjutnya yaaa ^^ semoga makin sukses, eniwey.. baru kali ini baca fanfic yg penulisnya 2 orang yg LDR-an. SALUT ^^
haloo Dev Vreeze salam kenal jugaa yaa dan terima kasih karna sudah membaca karya kamii :) baca juga karya kami yang selanjutnya yaa hihi makasiiih :)
Deleteini beneran cuma dari sini selesainya kak????
ReplyDeletehaloo Yoici kalo versinya putri & hana sih memang sampai disini :)
Deletekak.. boleh di copas gak nanti aku cantumin nama kakak :) di tunggu ya balasannya
ReplyDeleteboleh asal disebut sumbernya ya andar :)) terimakasih sekali telah mengapresiasi
DeleteSumpah n3 ff paling seru yg pernah gue baca
ReplyDeleteNyambung ƁªЙǤĕĕĕ† ceritanya
Mksh Ɣªª kak
makasih banget putan sudah membaca karya kamiii :)
DeleteArrrrrrrccchhhh sumpah di ff bkin gregetan di sekian bxk ff JUM hanya ini yg nyambung bangetz...
ReplyDeletePersis am di info nya...
Di JUM tari sering nangis
Dan lain" nya..
terimakasih sekali telah membaca karya kami, anas :)
Deletewow,... that's awesome!!! I really like it,... :D :D :D GOOD JOB!!!
ReplyDeleteterimakasih sekali telah membaca karya kami, Meisha :)
DeleteUdah ah sayang sama duit ngeluarin air mata mulu. Fixxxxxx ini kereeennnnnnn!!!!!! Btw ini cerita jadiin novel aja wkwkwk. Gadeng candaa haha. 10 jempol!
ReplyDeleteaduh, 10 jempol gimana itu ceritanya? tangannya jempol semua? doraemon dong hihihi, bercanda. terimakasih telah mengapresiasi ya :)
DeleteDAEBAAAAAK...keren abis..ff nya aja kayak gini..apalagi aslinya..kangen JUM..
ReplyDeleteterimakasih banget telah mengapresiasi karya kami :)
DeleteKak, saking kerennya ff JUM ini, gw ijin bikin pdf nya yaaaa. Terus mau gw upload juga di blog gw :D gw cantumin juga sumbernya kok. :D
ReplyDeleteas long as sumbernya disebut, engga apa2 :)) terimakasih sekali telah mengapresiasi ya :)
Deletekak, saya copas yaa.. untuk melengkapi novel pertama dan ke dua nya hehe . bisa di chek di sisni > http://tulisanfirdaaulia.blogspot.com/2014/09/jingga-untuk-matahari-jingga-dalam.html
ReplyDeleteboleh asal sumber disebut ya :) terimakasih telah membaca karya kami :)
DeleteHaaaaaaa kerennnnnnn!!!!! Dari jam sepuluh kurang sampe jam sebelas lewat cuma nangis doangggg huuu ngefeel klimaksssss. Kerennnnnn thousands thumbs up!!!!!!!!!
ReplyDeleteAmazing kerrreenn... gak penasaran sma JUM yg asli ff ini sudah mewakili dengan gaya bahasa dan alur yg top bgt.. kalau jumnya udh mau 5 tahun gk terbit" mending ff ini aja yg di terbitin..
ReplyDeleteKerenn abis!! Gaya penulisannya sumpah TOP sampe2 kadang aku ngga nyadar kl ini ff.. berasa lanjutan aslinya. Nyambung banget ama cerita2 novel sebelumnya.. semangat trs ya kak Putri & Hana \^o^/
ReplyDeletekerennn abisss... gk sia2 baca sampe mata panaass :D
ReplyDeletekaa.. apa gk ada JUM part 2. :)
saya gak terima dag dig dug, udah jadi slang air ni mata malah. keren gila kak, two thumbs, hug and kisses for you kakak.....
ReplyDeletePARAH PECAH GOKIL GILAAA sampe bingung ngomong apalagi saking kerennya. Emosi yg disajikan bisa masuk sampai menusuk hingga bisa ikut merasakan apa yg merek rasakan. 3,5jam baca ff ini 3,5jam pula air mata ga berhenti haha. 10 jempol buat para penulisnya semoga bisa bikin ff lagi dengan konflik utama yg sama dan tokoh yg sama dari JDS series
ReplyDeleteKeren banget ceritanya aku sampai terharu sempet nangis juga cuman di endingnya kok gak ada fio ya padahal kan dari awal sampai akhir fio selalu ada dampingin tari waktu di ending terakhirnya fionya malah gk ada tapi itu cuman pendapat aku aja sih selebihnya udah keren kok ceritanya, kenapa gk coba buat novel sendiri aja kamu sangat berbakat
ReplyDeletepenge pnx novel nya deh kak... gramed sudah ad blm y
ReplyDeleteBagus bangettt asli, menjawab kepenasaran gue tentang trilogy senja matahari yang ga terbit2. cerita ini bener2 bikin gue senyum2, ketawa ngakak, sampe bias bikin gue nangis! two thumbs up!!!!
ReplyDeleteYAY THANKS A LOT!! at least, rasa penasaran setelah baca cerita yang ga selesai itu terpuaskan hahaha. Ada bagian yang berhasil bikin gue ketawa sendiri, tapi ada juga sih bagian yang terlalu cringy dan cliche. tapi! konfliknya dapet, frustasi karena bullying nya kerasa, tapi ada bagian yang over-dramatic kayak di sinetron2 sih, atau mungkin gue yang udah lamaaa banget ga baca teenlit. ahh, fanfics fix it all. andd, i really love the chemistry between ata and gita :))) a bit too paralleled with tari and ari tho.
ReplyDeleteUdh end aja ini cerita, sumpah ini cerita masyaallah bagusnya ampe mewek2 gw bacanya, ampe jam segini blm tdt juga. Grgr penasaran bgt sama jingga & senja. Huhuhuhu lanjutin lg dong Kaa plissssssss🙏🙏
ReplyDeleteTp kereeeen bgt sumpah, 4jempol buat kakak. Kalo ada 10 gw kasih semua itu jempol hihihi 😅😅
Dari SMA aku ngikutin semua novel mba esti kinasih, termasuk yg JDS, JDE, Sampe nunggu yg JUM (dan ini lama bgt keluarnya), sampe kelupaan trus baru baca yg JUM sekarang. Habis baca ini jadi baper😩😩 (macem nonton drama korea😅)
ReplyDeleteThankyou ya mba hana dan putri, udah bikin blog ini.. tanpa aku harus ke gramed buat beli buku, (tp tetep aku mesti punya bukunya sih, buat koleksi biar seri matahari ini lengkap dirumah, semoga aja masih ada😂)
💕
Speechless sama ceritanyaaa😌 huwaa kerenn bangett😭
ReplyDelete