Friday, October 4, 2013

First: Fanfic of Jingga dan Senja Series #17-END

Rumah sakit. Disanalah saat ini Ata, Tari, Fio, Ridho dan Oji berada. Mereka bersebelahan, tanpa bicara sama sekali.  Duduk dalam isakan, dan air mata yang tak henti mengucur. Mereka larut dalam pikiran mereka masing-masing yang meneriakkan hal yang sama : Ari!
Ridho melakukan komunikasi dengan Raka. Dari hasil penelusurannya, Raka mendapati bahwa rem motor Ari telah disabotase! Dan Raka menjadi sangat tersinggung akan hal ini, karena saat ia mengecek untuk terakhir kalinya, motor hitam itu berada dalam keadaan sempurna.
Ridho menggeram. Dasar Angga sialan!! Ceritanya tadi, selain menjadi ajang curhat, pastilah menjadi ajang untuk menyabotase motor Ari. Pantas saja Bram terlihat sok melakukan pengecekan akhir nggak penting.
“AAAARRRGGGHHH!!!”
Ridho merasa sangat bodoh karena tidak peka terhadap hal tersebut. Ingin rasanya ia mengejar kedua pentolan Brawijaya tersebut, kalau saja tidak dilihatnya kedua orang tua Ari dan Ata yang berlari menghampiri mereka.
“Ariiii! Ari dimanaaa?!” Mama berteriak histeris. Papanya Ari merangkul mantan istrinya tersebut, mencoba menenangkan. Tak lama, dokter keluar dari ruang ICU.
“Luka di tubuhnya berhasil ditangani. Hanya saja... Ari mengalami pendarahan yang cukup serius di organ tubuh bagian dalamnya. Kita harus secepatnya melakukan operasi sebelum terlambat.”
Hanya itu. Kata-kata yang sama sekali tidak menenangkan, membuat semua yang mendengarnya seketika lemas. Tubuh Mama langsung terkulai dalam pelukan Papa. Wanita itu kehilangan kesadarannya.
Tuhan.... bantu Kak Ari untuk melewati ini semua...
*
“KELAKUAN KALIAN ITU BISA BIKIN ANAK ORANG MATI!!”
Entah sudah berapa kali Gita berteriak histeris pada dua cowok yang tidak sedikitpun menunjukkan rasa bersalah. Keduanya malah menampilkan seringai puas, seakan-akan baru pulang dari Dufan dan berhasil mencoba seluruh wahana yang tersedia tanpa harus mengantri. Angga malah membutakan hati dan telinganya.
“Apa yang kalian lakuin bukan pembalasan dendam. Bukan...” Gita mendesis marah. “Ini tuh kriminal!! Lo semua bisa dipenjara karna hal ini!"
Gita memalingkan wajahnya untuk langsung menatap Angga. “Lo pikir Kirana bakal seneng dengan pembalasan yang seperti ini?! Yang ada malah dia bakal benci sama lo, SELAMANYA!”
“CUKUP!!!”
Disingungnya nama Kirana berhasil membuat emosi yang sengaja ia tahan agar tidak kalap pada saudaranya sendiri, akhirnya bangkit. Bahkan, sampai hati ia menampar sepupu kesayangannya itu, dua kali!
“Jangan coba-coba nasehatin gue lagi!”
Gita terkesiap, sorot matanya nampak terluka. Bukan karena tamparan Angga, tapi karena kecewa. Sama sekali tidak menyangka bahwa sepupu kesayanganya, panutannya sejak kecil, telah berubah menjadi monster pembunuh akibat rasa dendam yang ia pendam selama bertahun-tahun.
“Baik. Nggak akan. Ini yang terakhir kalinya.”
Gita berjalan lemah meninggalkan Angga dan Bram. Saat itulah baru Bram bersuara, menanyakan tujuan Gita.
“Ke tempat dimana ada hati yang lebih manusiawi serta lebih terbuka menerima pertolongan.”
*
Di pojok ruangan, di tempat yang terpisah dari teman-temannya. Disitulah Ata berada. Ata sedang mencerna seluruh kejadian yang terjadi hari ini dengan hati yang luar biasa sakitnya sehingga ia berpikir bisa mati karenanya. Ia sengaja tidak mendekat. Ia tidak berani mendekat. Bukan, ia bukannya takut dengan kecaman seluruh orang. Bahkan kalau itu membantu, ingin sekali ia dihajar – siapa saja boleh, dengan sangat brutal, agar ia merasakan sakit yang sama. Tapi bagaimanapun hebatnya ia dihajar… ia tahu, tidak ada yang bisa menghilangkan perasaan berdosa ini darinya.
Apa yang sudah ia lakukan? Menyetujui adiknya melakukan balapan dengan Angga, yang ternyata menyimpan dendam bukan kepada Ari secara khusus, namun kepada dirinya?
Apa yang telah Ata perbuat? Menggulingkan Ari dari tahtanya di SMA Airlangga, merebut semua yang Ari miliki disana, namun... Ari tetap mengisi tempatnya dalam pembalasan dendam yang Angga rencanakan?
Kakak macam apa? Saudara macam apa? Yang tega menyeret adiknya ke dalam permasalahan yang bahkan menyangkut nyawa seperti ini!
Ata menyesal. Lebih dari itu, ia... Ia merasa kotor. Baru saat ini ia benar-benar menyadari kesalahannya.
Ari saja bisa dengan ikhlas melupakan kesalahan dan kekejaman yang Ata lakukan terhadapnya beberapa bulan terakhir ini. Ari bahkan rela meninggalkan semuanya demi Ata. Ari bahkan tidak menyebut-nyebut semuanya! Ia lakukan itu dalam diam, tanpa pernah diungkit ke permukaan. Sedangkan Ata? Ya, ia pamrih. Ya, ia tidak ikhlas. Ya, ia menjalani semuanya dengan perasaan tertekan. Kenapa?
Kali ini, kejatuhan yang dialami oleh Ari... menjatuhkannya juga dengan sempurna.
Tuhan... jika masih pantas aku meminta, tolong... Tolong selamatkan nyawa orang yang telah merelakan segalanya demi keserakahanku...
*
Sudah seminggu. Seminggu yang meletihkan. Seminggu yang penuh dengan perasaan harap-harap cemas. Seminggu menunggu sosok matahari yang saat ini terbaring di rumah sakit untuk bersinar lagi.
Seminggu yang menyesakkan. Ari masih saja tertidur, koma, membuat perasaan kalut tidak dapat dihilangkan dari hati tiap orang yang menyayanginya.
Mama, yang setiap hari, setiap detik, berada di samping Ari. Hampir tak pernah melepas tangan anak bungsunya itu, seakan menyalurkan kekuatannya melalui genggaman tangan. Mama, setelah histerianya hari pertama, tidak pernah lagi menangis. Beliau Nampak sangat pasrah. Duduk di samping Ari, terkadang di sebelah telinganya, beliau melafadzkan doa yang tidak putus-putus.
Papa, yang melepaskan segala urusan kantor dan memutuskan untuk selalu berada di rumah sakit. Berdua dengan mantan istrinya, ia menunggui putranya yang sedang terbaring koma. Papa tidak berbicara apa-apa, tidak melakukan apa-apa. Hanya saja, setiap malam, ketika semua orang sudah terlelap tidur, isaknya mengalun pelan.
Ridho dan Oji, yang ikut berjaga di rumah sakit, kecuali saat-saat mereka harus ke sekolah atau bimbel. Mereka duduk di sebelah Ari, bercerita tentang kejadian di sekolah dan kegiatan mereka hari itu, bercerita tentang berita apa saja, dari mana saja, seolah-olah sahabatnya itu ikut bergabung dengan kehebohan mereka. Berusaha agar segalanya nampak normal meski mata mereka tidak dapat menyembunyikan rasa pilu.
Fio mungkin posisinya lebih tepat disebut sebagai penjaga Tari dibanding menunggui Ari. Gadis itu selalu menjadi penopang teman sebangkunya di sekolah, karena dilihatnya kondisi Tari yang sangat tidak stabil. Walau begitu, Fio tetap melantunkan doa-doa yang tulus di telinga Ari setiap ia memasuki ruangan perawatan.
Tari, yang nyaris tidak pernah meninggalkan rumah sakit – bahkan untuk sekolahpun tidak – dan menolak untuk meninggalkan ruang perawatan Ari meski tidak masuk ke dalam sama sekali. Aneh, memang. Tapi Tari sama sekali tidak menangis. Hanya saja, ia harus diseret untuk istirahat dan harus disuap Fio agar mau makan dan minum. Keadaannya jauh lebih memprihatinkan dibanding menjadi manusia slang air tempo hari.
Namun, diantara semua keadaan, tidak ada yang dapat menandingi kegetiran Ata. Ata memandangi Ari yang pada tubuhnya terdapat banyak selang dan kabel yang menempel. Pada tubuh yang diam itu, Ata... mengakui kesalahannya. Selalu. Setiap hari. Pertahanannya runtuh.
“Maafin gue...” Selalu itu yang dia ucapkan. “Lo selalu jadi adik yang sempurna. Lo selalu jadi anak yang bersikap manis. Kalo sampe lo kenapa-napa sekarang, itu... sudah dapat dipastikan kalo itu salah gue...”
Ari tetap tidak bereaksi. Ata paham. Mungkin Ari butuh waktu untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya lebih lama lagi. Karena dalam komanya ini, Ata melihat wajah Ari sangat tenang, damai, tidak tertekan seperti sejak kedatangannya. Wajah itu... seperti tidak memiliki beban.
Ata teringat percakapannya dengan Papanya kemarin, saat Ari akhirnya dipindahkan ke ruang perawatan.
“Sudah puas, Nak?” Papa berujar pelan. Nada kecewa tidak dapat dihilangkan dari suaranya. “Sekarang, kembaranmu sedang terkapar, berjuang mempertahankan apa yang masih tersisa dalam dirinya. Nyawa. Yang sewaktu-waktu nggak bisa kita ketahui, apakah nyawa itu dapat bertahan atau juga pergi. Hanya, saja... Papa berharap agar nyawa itu tetap tinggal disana. Seperti sahabat-sahabatnya yang sempat kamu jauhkan dari Ari, yang akhirnya kembali. Papa harap kamu juga menemukan jalan untuk hatimu kembali seperti dulu, Nak. Ata yang jagoan. Ata yang melindungi dan menyayangi Ari. Ata... anak kebanggaan Papa dan Mama...”
Ata dapat mengerti kekecewaan Papa. Juga tatapan Mama padanya. Walau Mama tidak mengatakan apa-apa, namun Ata mengetahui artinya. Karena dulu, sebelum mereka pindah ke Malang, Mama pernah mengatakannya.
“Ata dan Ari... dua-duanya anak kebanggaan Mama. Sampai kapanpun, Mama nggak akan pernah bisa memilih kalian. Kasih sayang Mama untuk kalian... seutuhnya.”
Ata sudah pernah mendengarnya, namun kenapa ia masih saja merasa wajib untuk mengisi tempat Ari, yang berujung pada ketidakikhlasan hatinya dalam melakoni peran sebagai seorang anak?
“Maafin gue....”
Ata kembali terisak pilu.
*
Seorang ibu adalah penjaga paling setia. Yang ia serahkan bukan hanya tenaganya, namun juga kesungguhan dalam berdoa. Berharap agar anaknya sembuh kembali. Berharap agar anaknya dapat berbahagia kembali. Berharap semua kepedihan yang menimpa keluarganya, saat ini... benar-benar usai.
Mama megengangi tangan Ari, mengusapnya dengan saputangan basah yang sudah disiapkan untuk membersihkan tubuh anaknya. Hatinya terasa sakit saat melihat ketidakberdayaan Ari ini. Sungguh, kalau memang bisa... Ingin rasanya ia menggantikan posisi Ari. Namun, mana mungkin hal seperti itu terjadi...
“Ari... Cepat bangun ya, Sayang. Ari nggak kangen sama Mama? Ata? Ata sekarang selalu menunggui Ari di rumah sakit, Nak...”
Seperti itu. Mama sering melakukan monolog, untuk ‘memanggil’ Ari kembali.
Mungkin... Monolog kali ini membuahkan hasil. Jari yang sedang beliau usap saat ini... Jari itu bergerak lemah! Cepat-cepat mama mengedarkan pandangannya pada wajah Ari.
Mata itu... sedang berusaha membuka.
“ARII?!” Pekik Mama histeris. “Ariii... Kamu sadar, Nak?!”
Pekikan sang mama yang begitu keras membuat Ata, Ridho, Oji dan Fio tersentak. Cepat-cepat mereka masuk ke dalam ruangan.
*
Angga tetap mengeraskan hatinya. Namun, tak urung ia penasaran. Seminggu lebih Ari terbaring di rumah sakit tanpa ada perkembangan yang berarti, begitu kata Gita setengah mengecamnya. Seminggu lebih juga Tari tetap setia di rumah sakit, namun tidak berani masuk ke dalam. Tidak berani melihat Ari yang ada tubuhnya ditempeli berbagai macam selang dan kabel. Ketika Angga menanyai kondisi gadis itu lebih detail lagi, Gita hanya mendesah lemah.
“Datang dan liat sendiri, kalo emang lo bener-bener peduli.”
Disinilah Angga sekarang. Memerhatikan Tari, walau hanya dari jauh. Melihat dengan jelas, apa yang sepupunya suruh untuk ia lihat sendiri.
Gadis yang saat ini sedang ia amati... tidak lagi terlihat seperti apa yang tersisa dari memorinya. Jingga Matahari yang ia kenal adalah gadis yang enerjik, pemberani, dan gampang tertawa. Sedangkan gadis yang ia lihat sekarang... Lebih mirip seperti mayat hidup. Bahkan matanya kosong, tidak menunjukkan cahaya apapun berkaitan dengan kehidupan.
“Tari, Kak Ari sadar!”
Pekikan Fio yang mengoncang-goncangkan tubuh Tari membuat Angga menegang.
Cowok itu... berhasil bertahan. Angga memanjatkan doa dalam hatinya dengan sungguh-sungguh. Mengharapkan kesembuhan rivalnya yang telah ia jatuhkan dengan cara curang. Kesembuhan yang... semoga saja bisa membuat gadis yang ia cintai kembali menjadi secerah matahari.
*
Ari mengerjapkan matanya lemah, berusaha beradaptasi dengan sinar dari luar matanya. Wajah pertama yang ia lihat adalah... Wajah Mama yang penuh dengan air mata. Ari berusaha tersenyum.
Wajah kedua yang ia lihat adalah wajah para sahabatnya, Ridho dan Oji. Keduanya berangkulan erat, menampilkan senyum sumringah serta puji-pujian terima kasih atas ‘kembali’nya Ari dari tidur panjangnya.
Wajah selanjutnya yang ia lihat adalah... Wajah yang serupa dengan dirinya. Ata.
Tanpa peringatan sebelumnya, Ata langsung melesat memeluk kembarannya itu. Ari tidak bisa balas memeluk. Tenaganya bahkan belum cukup kuat untuk tersenyum lebih lebar lagi.
Namun, Ari merasa ada yang kurang. Ada wajah yang belum ia lihat. Wajah milik...
“Tari mana?”
Suaranya yang pelan terdengar sangat jelas di telinga orang-orang yang berada di ruangan tersebut. Lantas, semuanya memandang pada satu titik: pintu masuk ruangan tempat Ari dirawat.
Disana, Tari berdiri goyah. Antara sadar tidak sadar, antara percaya tidak percaya. Ia takut semua ini hanya fatamorgana. Ia takut bahwa ia hanya membayangkan kesadaran Ari saja.
Ari merasa pilu. Gadisnya… sangat kacau. Dipanggilnya gadis itu dengan suara pelan. Gadis itu masih terpaku. Disamping gadis itu, Fio berbisik, membujuk Tari pelan untuk menghampiri Ari. Disana, tangan gadis itu gemetar seakan menahan gejolak di dadanya. Perlahan, gadis itu mendekati ranjang tempat Ari saat ini terbaring dan duduk disana, di tempat paling ujung.
Seakan paham, kini ruangan itu hanya diisi oleh mereka berdua, sementara yang lain dengan kesepakatan yang tak disuarakan, langsung berjalan meninggalkan mereka.
Keduanya butuh privasi, keduanya butuh penawar. Dan yang satu... jelas merupakan penawar bagi yang lain.
“Hei...”
Suara itu menyapa lemah, dengan tak lupa menyertakan sebentuk senyum. Tari masih tidak dapat bereaksi. Otaknya sedang benar-benar memastikan bahwa ini... Orang ini, sepenuhnya telah kembali.
Lebih dari sekedar kesadaran fisik.
“Lo nggak seneng... gue sadar?”
“Kesadaran seperti apa?” Akhirnya Tari mampu menyuarakannya. Ari paham. Diisyaratkannya Tari untuk merebahkan kepalanya di pundak cowok itu. Tari menurut.
“Lo pasti udah ngelewatin hari-hari yang sangat sulit.”
Itu pernyataan. Bukan pertanyaan. Tari menggeleng lemah, membantah. “Nggak... nggak sesulit yang Kak Ari lalui.”
Beberapa saat yang sunyi. Tangan Ari tetap bermain di puncak kepala gadis itu, mengelusnya lembut. Sebentuk kecil dari berbagai macam kebiasaan Ari yang sangat gadis itu rindukan.
“Apa kabar, Tar? Lo keliatan kurus.”
Tangis gadis itu akhirnya pecah. Perhatian itu... itulah yang dia inginkan. Itulah yang ia rindukan. Sebentuk perhatian kecil dari Ari!
“Lo selalu jahat kalo udah di rumah sakit, ya,” kata Tari sambil terisak, “Kenapa selalu tidur lama-lama, sih? Seneng liat orang kuatir?! Sebel!”
Demi untuk menenteramkan hati gadisnya, Ari kembali mengelus lembut kepala gadis itu.
“Maaf...”
“Selalu minta maaf!” tukas Tari keras. “Gue butuh tindakan nyata...”
“Iya, gue tau...” Ari memegang lembut dagu Tari, sehingga bisa dilihatnya wajah manis gadis itu dari dekat. “Nggak akan ada lagi kata menyerah. Nggak ada lagi yang meninggalkan, baik ikhlas maupun nggak ikhlas. Yang ada hanya menetap.”
Tari tersenyum lega. Memang itulah jawaban yang ia butuhkan. Menetap. Sebentuk senyum akhirnya tergambar di wajah Tari.
Sebentuk senyum menggemaskan itu... menggoda Ari untuk mengunci senyuman itu dengan bibirnya. Dikecupnya senyuman itu dengan lembut.
Kecupan kali ini... Bukan seperti sebelumnya. Kecupan kali ini seakan menyatukan perasaan untuk waktu yang tak terhingga. Simbol penyatuan hati yang... semoga saja abadi.




EPILOG
Tari gelisah, mondar mandir di ruang tamu, sesekali matanya melirik jam tangan. Gimana, sih! Tumben-tumbenan tuh orang telat! Rutuknya dalam hati. Ketika akhirnya didengar suara klakson mobil, Tari terlonjak. Dengan sekali lagi memastikan ikatan rambutnya sudah terlihat rapi, pin mataharinya sudah terpasang di cardigan oranye yang dipakainya, serta lipatan rok yang tidak salah jalur, Tari menyambar tas selempangnya dan pamit pada Mama. Mama hanya tersenyum, menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan anak gadisnya itu.
“Buruaaan!!”
Tari terpana, yang tadinya ingin langsung mengomel, tapi seketika semuanya teredam. Di hadapannya sekarang telah berdiri seorang cowok yang... baru disadarinya kalo cowok itu sangat tampan.
Matahari Senja.
Bagaimana mungkin Tari tidak pernah menyadari bahwa Ari ternyata sekeren ini? Yah... Pernah, sih. Saat pertama kali mereka bertemu. Itu juga sebelum drama mereka dimulai. Namun akhir-akhir ini, ketika posisinya sebagai perempuan satu-satunya yang bisa berada di sekitar Ari, yang bisa melakukan apapun, yang bisa melakukan tugasnya sebagai kekasih yang baik... Tari tidak pernah benar-benar memerhatikan penampilan Ari.
Ari menjentikkan jarinya di depan muka Tari. Gadis itu langsung terlonjak dan kembali memasang muka judesnya. Iya sih, ni orang emang cakep, bersih, tinggi. Sempurna, deh! Asal sikap seenaknya itu diilangin aja, sempurna banget, deh! Tari menggerutu dalam hati. Kesal karena hari ini Ari terlambat menjemputnya.
Dengan dorongan lembut dari kedua tangan Ari yang nongkrong di bahunya, Tari berjalan memasuki sedan hitam milik cowok itu, satu hal lagi yang membuatnya kesal di pagi ini. Pantesan telaaat!
“Udah... Jangan cemberut gitu, dong. Kan yang punya kepentingan gue. Kenapa jadi lo yang sewot?” ujar Ari menenangkan. Tari tetap melancarkan aksi bungkam, namun dengan kelegaan lain yang menyergapi hatinya.
Pada kesembuhan Ari yang  datang bagai mukjizat, Tari merasa sangat bersyukur. Pada sikap seluruh warga SMA Airlangga – baik itu para siswa, para guru, para penjual makanan di kantin, sampai para satpam dan cleaning services – Tari juga sangat terharu karena semuanya memperlakukan Ari dengan sikap hangat. Termasuk... Ata.
Tari bersyukur. Segalanya kembali berjalan normal sebagaimana mestinya. Walau belum sempurna, walau butuh proses... Yang pasti, semuanya terpuaskan. Semuanya lega. Segala beban hati yang rasanya berat telah terangkat, membuat hati yang hitam menjadi putih. Dan keikhlasan, pelan namun pasti, menyelimuti tiap-tiap jiwa yang pernah tersesat.
“Iya, buruan jalan, yuk. Berdoa aja nggak kena macet!”
Ari tertawa geli. Digenggamnya tangan gadisnya itu dengan hati yang hangat. Penopangnya, yang selalu setia menuntunnya untuk kembali bersinar.
*
Pagi yang sangat cerah. Matahari memancarkan sinar keemasan yang hangat, langsung menerpa wajah Ata yang sedang berdiri di depan pintu gerbang Universitas Sagadharma pagi ini, memandangi gadis yang sedang mondar-mandir gelisah di dekatnya dengan cemas. Ini hari kuliah perdananya! Bisa-bisa ia terlambat karena gadis ini keukeuh menunggu seseorang.
Udahlah, Git… nanti juga ketemu di kampus, kan.”
Mata Gita melebar, seakan Ata menyuruhnya menelan jamu brotowali.
”Kita ini udah janjian, Kak Ataaa…”
Ata hanya bisa mengerucutkan bibirnya, menurut saja agar gadisnya tidak berubah menjadi hulk.
Gadisnya? Ata tersenyum. Dengan bangga, Ata sekarang dapat menyebut Gita sebagai gadisnya. Setelah beberapa waktu menjalin hubungan secara de facto, akhirnya Ata memutuskan untuk meresmikan hubungan dengan gadis yang telah menjadi lentera untuknya. Seperti Tari untuk Ari, begitulah arti Gita untuknya.
Hubungan itu jelas saja membuat Angga hampir terkena serangan jantung. Namun setelah Gita berbicara pada kakak sepupunya itu – yang Ata yakini bahwa Gita memainkan sifat manipulatifnya – akhirnya Angga mengeluarkan keputusan terserah lo aja.
Selama hubungan itu berlangsung, Ata mempelajari bahwa sebenarnya Gita ini sangat galak. Jenis pacar cerewet yang memperhatikan detil-detil tertentu. Jenis pacar yang langsung melemparkan tatapan membunuh pada lawan jenis yang ganjen. Namun Ata tidak mengeluh. Kecerewetan Gita adalah bentuk perhatian nyata dan berkat Gita yang over protective, tidak ada cewek seagresif Vero yang berani mendekatinya. Ata tidak mengeluh.
Bagaimana mungkin Ata akan mengeluh, jika ia mengingat bahwa gadis itulah yang telah membuat hatinya menemukan jalan pulang? Jika gadis itu, bersama-sama dengan Tari, selalu mengupayakan segala macam bentuk perdamaian dan usaha untuk mendekatkan dirinya kembali dengan bayangannya, dengan cerminnya?
Ata tersenyum samar, ungkapan tulus rasa bersyukurnya atas kehadiran hal-hal baik dalam kehidupannya akhir-akhir ini.
Tak berapa lama kemudian, sebuah motor berhenti di depan mereka. Oji membuka kaca helmnya sembari nyengir untuk menyapa Ata dan Gita.
“Kak Oji nggak liat tuh anak dua?” Tanya Gita, tanpa membiarkan Oji mengucapkan salam terlebih dahulu.
Oji mengangkat bahu.
”Entahlah. Keberadaan mereka saat ini, siapa yang tahu? Mungkin saja mereka tertinggal di belakang. Mungkin saja mereka berhenti sejenak, menikmati pemandangan padatnya jalanan Jakarta sebagai suatu mahakarya indah. Entahlah. Saya berjalan terlebih dahulu, di tengah deru mobil, berdua bersama motor di samping saya ini. Bergerak menyongsong mentari pagi.”
Gita langsung mencubit lengan Oji sedangkan Ata tertawa terbahak-bahak mendengar Oji bersyair. Memang, semenjak diterima di jurusan Sastra Indonesia, Oji jadi gemar bersyair.
Tak butuh waktu lama untuk Oji pamit pergi akibat cubitan Gita memberikan efek yang sangat dahsyat. Hanya sepersekian detik, giliran sedan putih Ridho yang berhenti di depan Ata dan Gita. Ridho tidak turun, hanya membuka kaca jendela.
“Oji tadi bersyair lagi?” Tanya Ridho geli, yang dijawab dengan suara tawa milik Ata serta wajah merengut milik Gita. Sembari menggeleng seakan malu mempunyai teman seperti Oji, Ridho langsung pamit untuk pergi. Dilambaikannya KUHP yang sepanjang perjalanan menuju kampus selalu ia pangku.
“Astaga… itu mereka!” pekik Gita histeris. Tangannya menunjuk sepasang kekasih yang baru saja turun dari bus. Terdengar suara omelan dari gadis itu  sedangkan muka si lelaki nampak pasrah dengan omelan ceweknya.
Gita dan Ata sama-sama menggeleng melihat pemandangan yang tersaji di hadapan mereka dan memutuskan untuk pura-pura tidak mendengar apapun. Lambaian tangan Gita pada mereka berdua membuat si cewek sejenak menghentikan omelannya, balas melambai dan berlari menghampiri Ata dan Gita.
Ari dan Tari berlari hingga sampai di tempat Ata dan Gita berdiri. Setelah mengatur napas, Tari lanjut mengomeli cowok yang tadi berlari bersamanya.
“Kan tadi udah dibilang jangan bawa mobil, pasti macet. Nggak percaya, sih!”
“Lho, kan udah gue bilang juga kalo motor gue masih di bengkel!”
“Kan tadi udah mau manggil ojeeek!”
“Ya ampun, Jingga Matahariiii. Emangnya gue mau ke pasar?!” Ari menjitak lembut kepala Tari. Gadisnya itu... terkadang idenya suka ngawur!
“Lho, mobil Kak Ari emang dimana?” Tanya Gita penasaran. Ari hanya menjawab dengan cuek.
“Gue tinggalin aja di pinggir jalan. Udah nelepon Raka, sih, buat ambil.”
Dasar orang kaya! Rutuk Tari kesal. Pandangan matanya kemudian menatap Ata, yang sedang tertawa geli melihat kejadian di depannya. Ari juga melihat sebentuk tawa itu, yang akhirnya turut menyumbang senyum di wajahnya.
Hari yang baru. Kehidupannya sebagai saudara yang saling menjaga dan melindungi... perlahan disongsongnya kehidupan itu. Memang tidak mudah pada awalnya menyatukan kembali hati yang telah usang. Perlu ada perbaikan disana-sini.
Namun, Ata dan Ari percaya... Lambat laun, keduanya akan kembali utuh seperti masa sepuluh tahun silam.
Seperti janji matahari di langit senja. Walaupun sempat menghilang beberapa saat, walaupun sempat membuat gelap sekeliling, namun kedatangannya untuk kembali menyinari bagian tergelap itu pasti. Sepasti kebahagiaan baru yang datang dalam kehidupan kedua matahari kembar tersebut.
Seraya melemparkan senyum perdamaian, Ata dan Ari berjalan memasuki gerbang kampus diiringi dengan gadisnya masing-masing, Gita dan Tari.


 _ PRINCESS, FLOWER AND STORY_

TAMAT

98 comments:

  1. KEEREEEEEEENNNNNNNNNNNNNNNN.........
    gak sia sia ampe jam segini ane bacanya :)
    thanks kaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. whoaaaa makasih yaaa udah belabelain bacaaa . semoga memuaskan hehe :)

      Delete
  2. lho sudah ending?? :O cepet banget.. kirain masih bakal dipanjang2in kyk sinetron indonesia.. hehehe.. tapi jgn ding, gini aja. bagus... makasih ya.. untuk ide bikin cerbung yg bagus banget ini.. makasih sudah jadi penawar kita2 yang sudah terlalu lama nunggu JUM yg ga terbit2. makasih sudah 'menghidupkan' Ari lagi menghadirkan dia lagi. semoga someday JUM bakal terbit. ayo bikin JUM versi lain.. dengan konflik kecil yg beda walaupun konflik utamanya sama. heheehhe.. ketagihan sama 'Ari-Tari' moment yg kalian bikin nih. xp

    ReplyDelete
    Replies
    1. duh ini aja udh panjang bgt 17 part malah bingung mau manjangin dimana lagi hehe :D samasama . samasama . sama yaaa :') MAKASIH banget jugaa udah baca ff ini dari awal hingga saat ini, setia ditungguin, setia dikomenin, aaaaakkk terharunyaaah :') AMIN! JUM asli harus terbiiitt. duh haduuuh ini jadinya ff tak berkesudahan dong hahaha .. wuiih suka sama Ari-Tari momen yg mana niih? :D

      Delete
    2. semua hal yang berbau ngusap2 rambut.. hahaha...

      Delete
    3. oiya, kmrn ak nunggu ini sampe jam 1 pagi. trs ketiduran, bangun2 eh sdh ada.. haha

      Delete
    4. hahahaha sekali lagi makasih banyak yaa praditaaa :D

      Delete
  3. udh tamat aja ?? tissue bergeletakan di mana " sedih banget,, tapii baguss bangett. KEREN semoga ada lagi yg buat kay gini.. kanggen JUM

    ReplyDelete
  4. Aaaaaa kak kereeeeennn tp masih kurang puas hiksss :"")
    Buat lg dong kak fanfic2 ttg jds lainnya buat ngobatin rasa kangeen :(
    Salut sama kakak-kakak!!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha.. emang mau dilanjut bagian apa lagi nih? hihi

      Delete
    2. Lanjut yg ada ari-tari pokoknya kak kangen akut nih hikss.
      Atau buat cerita lagi yg kurang lebih kyk garis besar JUM gt coba kak? Ya yg kyk kakak buat ini cuman tiap2 kejadian diubah/diganti. *aduh enak bgt ngomongnya* -__- hehehehe maaf kak byk bacot

      Delete
  5. WAAAAHHHH DAEBAK DAEBAAAKKK!!!KEREEEEEN BADAIII *tepuk tangan...kasih 10jempol...hahahaha
    sumpaaah kren bget,mengharu biru bkin nangis2 dan bkin ktwa jga gra bang oji hahahaha
    author-nim buat ff lgi dong yg brhubungan sama JDS gitu..bkin ffnya oji ato gag ridho :D hehehehe
    pokokonya ditunggu ya ff selanjutnya... :) :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih udah membaca karya kami, tapha-nim.. hehehe... :)) insyaallah nanti kalo iseng kami buat. hehehe

      Delete
  6. wah, udah ending ya...!!! tp TOP bgt ff nya...
    mksih ya udh bantu meringankan kerinduan klnjutan JDE...meskipun ttp galau nih nungguin JUM...
    btw, bikin ff tentang Ridho, Oji, atau Angga dong..!!?? kasian nih sama mreka, ga ada couple nya.... apalagi si Angga! merana dia...hiks

    ReplyDelete
    Replies
    1. ridho sama oji aja, kali, ya.. homoan.. hehehe angga sama bram hihi

      Delete
    2. SETUJU BANGET!!!!!
      pengen tau kehidupannya oji, seneng banget sama sikap oji yg konyol :D bikinin dong tolong :)

      Delete
  7. kereeeennn baaangeeettttt!!!!! teeerrrrhhhaaaruuuuu!!!!! XD

    ReplyDelete
  8. KEREEEEEN!!!!!!! Tambahi lagi dong please bagian yang indah-nya huhuhuhu

    ReplyDelete
  9. Seperti gak beresa ini fanfic JUM deh. Bayanginnya udh JUM yang asli. :)
    Suka banget, sampe nangis2 gue. Buatan lagi dong perjalanan kisah Ari-Tari yang romantis gitu.
    Masih klepek2 sm kata2 menyentuh Ari utk Tari. <3 =)

    ReplyDelete
    Replies
    1. sepakat,sepakat, ayo doongg..lanjutin cerita khusus Ari-Tari....gregetan nih...pliss.

      Delete
    2. yaampun. hihihi. nanti kalo diterusin jd fanfic rauwis2 hihi. mungkin cerita lepas aja, gitu, ya... buat selingan dr proyek kami yang sedang on going. hihi. terimakasih yaaaaa sudah di apresiasi sedemikian rupa.. hihi

      Delete
  10. yah abis , padahal suka sama ceritanya :( ayo dong lanjutin lagi cerita tentang tari-ari nya.

    ReplyDelete
  11. Mauuuu!! Mau lihat mereka lagi! Ari-Tari yang luar biasa banget, biarpun ada halangan melintang. Duuh... kalian buat ff-nya luar biasa. Saya jadi terharu banget. :3

    ReplyDelete
  12. Uwaaaaaaaah ff-nya keren, sumpah... bisa ngobatin rindu aku sma JUM..... Kyanya AKu pembaca yang telat dhhh yang lain ngikutin dari awal,,, aku baru baca kemarin dalm kurun waktu 6 jam aku tuntasin.... asli kerenn maksih ya ceritanya

    ReplyDelete
  13. buat ff tentang jum lagi dong ka :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah nanti jadinya fanfic rauwis2 dong. hehehe. karya kedua kami nggak kalah menarik lho ;)

      Delete
  14. mengharukan hujan air mata lagi

    endingny mengharukan
    *tepuk tangan

    ReplyDelete
  15. aku ngebacanya kyak bukan cerbung,, udah kyak the real JUM,, gilakkkk kakk,, kerennn bgt deh pokoknya,, bahasanya penyampaiannya gak alay alias ngalir gitu aja,, aku nangis lo kak bacanya,, hihihihih
    btw maksih udah ngurangin kerinduan akan matahri2 itu,, makasih kakak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. kembali kasih, terima kasih juga telah membaca dan mengapresiasi karya kami :)

      Delete
  16. Gak sia-sia ngeluarin air mata seember.....

    ReplyDelete
  17. aaaa.. too good to be true klo ini ff nya JUM, bukan the real JUM..
    nyambung banget logikanya sama 2 novel aslinya :)
    salut banget untuk kak Putri dan kak Hana :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. waah, jadi GR. hehehe. terimakasih telah mengapresiasi karya kami :)

      Delete
  18. wah fafic nya COOL abiss.. izin kopi ya untuk dibaca bareng2 di sekolah.. makasih.. Domo Arigatou.. sukses untuk fanfic nya.. lanjutkan karyanya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih yaa sudah dibaca :) boleh saja, tapi jangan lupa mencantumkan sumbernya yaa say. baca juga karya kami yang selanjutnya yaa, makasih :)

      Delete
  19. kereennn, panjangin lagi dong ceritanyaaaaaaaaa, kangen banget sama para Matahariiii..

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih sudah membaca fanfic kami :) sama nih kami juga kangen sama para Mataharii huhuu

      Delete
  20. Ka ini cerita asli dari jum ato kaka iseng iseng lanjutin ? hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. haloo febri, cerbung ini karyanya putri dan hana kok, bukan bikinan mbak esti. Tapi memang disesuaikan dengan JUM jalan ceritanya, yah untuk iseng-iseng memuaskan rasa penasarannya kita bersama tentang JUM deh hihi. Makasih yaa sudah membaca :)

      Delete
  21. kerennnnnnnnnnnnnnnnn bangetttt,,,,smpe nangis bcanya,,,,
    akhirnya HAPPY Ending jga,,,,
    thnx ka2 keren banget nich fanfic of JDS :) :^) Daebak

    ReplyDelete
    Replies
    1. heii kamu yang kereeennn, makasih juga yaa udah membaca karya kami :))

      Delete
  22. Kereeennn... sesaakk napas bacanya.
    Takut matahari senja kenapa2
    Kenapa JUM blm jg trrbit :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. ari ga kenapa-napa kok hihi. makasih yaa sudah membaca fanfic kami :) iya nih, kenapa jum belum terbit ya :(

      Delete
  23. Hati dag dig dug takut ari kenapa2 dan Akhir nya Happy ending... Kereeen :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. kami juga happy karna astri membaca karya kami .. mkaasih yaa :))

      Delete
  24. Sumpahh ini keren banget HAHA lagi dongg episodenya sampe nikah gitu ari sama tara nya hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. waduh, panjangnya ntar ngalahin sinetron dong hihi . makasih yaa udah membaca karya kami :)

      Delete
  25. keren bgt crita ini!! gak kalah keren sama karyanya kak esti. ngefans sama kalian. makasih bgt udh jadi penawar rindu kisah ari sama tari.. thankyu so muchh!! hidup matahari:)!!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih kembaliii untuk martha yang sudah membaca karya kami :) hidup matahariii !!

      Delete
  26. ka ini cerita asli dari novel jum atau kaka bikin sendiri?

    ReplyDelete
    Replies
    1. haloo aulia, fanfic ini bikinannya kami sendiri dengan mengikuti alur dari dua novel sebelumnya . makasih yaa udah memaca karya kami :)

      Delete
  27. gila sumpah! keren bangeeeeeeeeet ! rela belum tidur jam segini buat ngelarin baca nih ceritaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. kamu juga kereeennn . makasih yaa sudah membaca karya kami :)

      Delete
  28. bikin yang ari sama tari nikah doooong

    ReplyDelete
  29. Hwaaa...
    Bagus buwangetttt mataku sampe sembab gara2 nangis. Buat cerita lanjutannya kak...kan mereka udah pada kuliah ceritanya perjalanan kisah cinta dua kembar diperkuliahan...heheheh
    maksih kak amazing ff.e

    ReplyDelete
    Replies
    1. hwaaaa makasih juga yaa buat kamu yang udah membaca fanfic kami hihi :)

      Delete
  30. Yaaahh kooqq udh ending ajaaa sch kaaakkk? :( tp jempol 11 dch buat kakak!!! Bagus bgt........ kakak bikin novel sndri juga yaa.. di bikin versi yg lain donk kaaakk itung" mengisi kekosongan nunggu JUM versi mba esti terbit.. abis g terbit terbit sch.. d tunggu yaaaa kak vrrsi laen nya heheheh.. # hope

    ReplyDelete
    Replies
    1. yaaahhh klo ga dibikin tamat ntr jadi sinetron yang panjaaaang bgt dong hehe . makasih yaa udah baca fanfic kami :)) ada tuh ada cerita yang baru, dibaca yaa selamat menikmati :)

      Delete
  31. Haii sist salam kenal :) sumpah ini fanfic yg PALING T.O.P B.G.T ^^ gaya penulisannya mirip kaya penulis aslinya JDS :D suka banget sama ceritanya, mengalir apa adanya dan bikin jantung jedag jedug..

    Ditunggu karya"nya selanjutnya yaaa ^^ semoga makin sukses, eniwey.. baru kali ini baca fanfic yg penulisnya 2 orang yg LDR-an. SALUT ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. haloo Dev Vreeze salam kenal jugaa yaa dan terima kasih karna sudah membaca karya kamii :) baca juga karya kami yang selanjutnya yaa hihi makasiiih :)

      Delete
  32. ini beneran cuma dari sini selesainya kak????

    ReplyDelete
    Replies
    1. haloo Yoici kalo versinya putri & hana sih memang sampai disini :)

      Delete
  33. kak.. boleh di copas gak nanti aku cantumin nama kakak :) di tunggu ya balasannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. boleh asal disebut sumbernya ya andar :)) terimakasih sekali telah mengapresiasi

      Delete
  34. Sumpah n3 ff paling seru yg pernah gue baca
    Nyambung ƁªЙǤĕĕĕ† ceritanya
    Mksh Ɣªª kak

    ReplyDelete
  35. Arrrrrrrccchhhh sumpah di ff bkin gregetan di sekian bxk ff JUM hanya ini yg nyambung bangetz...
    Persis am di info nya...
    Di JUM tari sering nangis
    Dan lain" nya..

    ReplyDelete
  36. wow,... that's awesome!!! I really like it,... :D :D :D GOOD JOB!!!

    ReplyDelete
  37. Udah ah sayang sama duit ngeluarin air mata mulu. Fixxxxxx ini kereeennnnnnn!!!!!! Btw ini cerita jadiin novel aja wkwkwk. Gadeng candaa haha. 10 jempol!

    ReplyDelete
    Replies
    1. aduh, 10 jempol gimana itu ceritanya? tangannya jempol semua? doraemon dong hihihi, bercanda. terimakasih telah mengapresiasi ya :)

      Delete
  38. DAEBAAAAAK...keren abis..ff nya aja kayak gini..apalagi aslinya..kangen JUM..

    ReplyDelete
  39. Kak, saking kerennya ff JUM ini, gw ijin bikin pdf nya yaaaa. Terus mau gw upload juga di blog gw :D gw cantumin juga sumbernya kok. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. as long as sumbernya disebut, engga apa2 :)) terimakasih sekali telah mengapresiasi ya :)

      Delete
  40. kak, saya copas yaa.. untuk melengkapi novel pertama dan ke dua nya hehe . bisa di chek di sisni > http://tulisanfirdaaulia.blogspot.com/2014/09/jingga-untuk-matahari-jingga-dalam.html

    ReplyDelete
    Replies
    1. boleh asal sumber disebut ya :) terimakasih telah membaca karya kami :)

      Delete
  41. Haaaaaaa kerennnnnnn!!!!! Dari jam sepuluh kurang sampe jam sebelas lewat cuma nangis doangggg huuu ngefeel klimaksssss. Kerennnnnn thousands thumbs up!!!!!!!!!

    ReplyDelete
  42. Amazing kerrreenn... gak penasaran sma JUM yg asli ff ini sudah mewakili dengan gaya bahasa dan alur yg top bgt.. kalau jumnya udh mau 5 tahun gk terbit" mending ff ini aja yg di terbitin..

    ReplyDelete
  43. Kerenn abis!! Gaya penulisannya sumpah TOP sampe2 kadang aku ngga nyadar kl ini ff.. berasa lanjutan aslinya. Nyambung banget ama cerita2 novel sebelumnya.. semangat trs ya kak Putri & Hana \^o^/

    ReplyDelete
  44. kerennn abisss... gk sia2 baca sampe mata panaass :D
    kaa.. apa gk ada JUM part 2. :)

    ReplyDelete
  45. saya gak terima dag dig dug, udah jadi slang air ni mata malah. keren gila kak, two thumbs, hug and kisses for you kakak.....

    ReplyDelete
  46. PARAH PECAH GOKIL GILAAA sampe bingung ngomong apalagi saking kerennya. Emosi yg disajikan bisa masuk sampai menusuk hingga bisa ikut merasakan apa yg merek rasakan. 3,5jam baca ff ini 3,5jam pula air mata ga berhenti haha. 10 jempol buat para penulisnya semoga bisa bikin ff lagi dengan konflik utama yg sama dan tokoh yg sama dari JDS series

    ReplyDelete
  47. Keren banget ceritanya aku sampai terharu sempet nangis juga cuman di endingnya kok gak ada fio ya padahal kan dari awal sampai akhir fio selalu ada dampingin tari waktu di ending terakhirnya fionya malah gk ada tapi itu cuman pendapat aku aja sih selebihnya udah keren kok ceritanya, kenapa gk coba buat novel sendiri aja kamu sangat berbakat

    ReplyDelete
  48. penge pnx novel nya deh kak... gramed sudah ad blm y

    ReplyDelete
  49. Bagus bangettt asli, menjawab kepenasaran gue tentang trilogy senja matahari yang ga terbit2. cerita ini bener2 bikin gue senyum2, ketawa ngakak, sampe bias bikin gue nangis! two thumbs up!!!!

    ReplyDelete
  50. YAY THANKS A LOT!! at least, rasa penasaran setelah baca cerita yang ga selesai itu terpuaskan hahaha. Ada bagian yang berhasil bikin gue ketawa sendiri, tapi ada juga sih bagian yang terlalu cringy dan cliche. tapi! konfliknya dapet, frustasi karena bullying nya kerasa, tapi ada bagian yang over-dramatic kayak di sinetron2 sih, atau mungkin gue yang udah lamaaa banget ga baca teenlit. ahh, fanfics fix it all. andd, i really love the chemistry between ata and gita :))) a bit too paralleled with tari and ari tho.

    ReplyDelete
  51. Udh end aja ini cerita, sumpah ini cerita masyaallah bagusnya ampe mewek2 gw bacanya, ampe jam segini blm tdt juga. Grgr penasaran bgt sama jingga & senja. Huhuhuhu lanjutin lg dong Kaa plissssssss🙏🙏
    Tp kereeeen bgt sumpah, 4jempol buat kakak. Kalo ada 10 gw kasih semua itu jempol hihihi 😅😅

    ReplyDelete
  52. Dari SMA aku ngikutin semua novel mba esti kinasih, termasuk yg JDS, JDE, Sampe nunggu yg JUM (dan ini lama bgt keluarnya), sampe kelupaan trus baru baca yg JUM sekarang. Habis baca ini jadi baper😩😩 (macem nonton drama korea😅)

    Thankyou ya mba hana dan putri, udah bikin blog ini.. tanpa aku harus ke gramed buat beli buku, (tp tetep aku mesti punya bukunya sih, buat koleksi biar seri matahari ini lengkap dirumah, semoga aja masih ada😂)

    💕

    ReplyDelete
  53. Speechless sama ceritanyaaa😌 huwaa kerenn bangett😭

    ReplyDelete