Sunday, November 24, 2013

Second: Heart Of Us #3

Dari sisi Nadie : Naugierig

People killing, people dying
Children hurt and you hear them crying
Can you practice what you preach
And would you turn the other cheek
Father, Father, Father help us
Send us some guidance from above
Cause people got me, got me questioning
Where is the love?
(Black Eyed Peas – Where is The Love)

Alunan lagu Breathe In Breathe Out- Mat Kearney mengalun lembut, membuat aku lari terbirit-birit dari kamar mandi, mengikat asal handuk kimonoku dan tanpa mempedulikan rambut sebahuku yang masih basah, aku menyambar ponselku dari tempat tidur. Nada dering itu… nada dering khusus. Kuberikan untuk sahabatku satu-satunya, Erik. Bukan tanpa alasan. Nada dering itu begitu… kami. Maksudku, begitulah yang aku rasakan padanya. Begitulah arti Erik untukku.


Breathe in breath out, tell me all of your doubt.
And everybody bleeds this way, just the same
Breathe in breath out, move on and break down
If everyone goes away, I would stay

Erik adalah orang kepercayaanku. Sahabatku. Soulmateku. Dari kami kecil dulu, hingga kami kuliah sekarang. Dia yang bisa menghadapiku, betapapun aku moody, aneh dan cranky. Dia yang bisa ‘membuka cangkangku’ yang selalu tertutup rapat. Dengannya, aku dapat bercerita segala. Dengannya, aku hampir tanpa rahasia. Dengannya, aku selalu berbagi apapun. Seberapapun tidak pentingnya itu.

Termasuk kali ini. Sudah sedari satu jam yang lalu aku membombardirnya dengan beribu missed call dan SMS, yang tak satupun ia balas – entah kenapa, tapi nanti aku akan mengkonfrontasinya – hanya untuk menceritakan hariku padanya. Terlihat sangat sweet, tetapi sebenarnya tidak juga. Karena yang aku lakukan hanya mengomel padanya mengenai segala sesuatu yang membuatku bête – which is, segala hal. :p

“Kemana aja, sih? Aku telponin dari tadi nggak diangkat!”omelku, bahkan sebelum Erik sempat mengucap salam.

“Kalo marah-marah aku tutup, nih, telponnya?!”ancamnya, yang membuatku langsung terdiam dan menahan umpatam dalam hati.”tadi aku tuh baru jemput Mamah senam. Nggak bawa hape. Makanya baru tau kamu SMS sama telepon. Kenapa lagi?”

“Ya ampun Erik… You couldn’t imagine what I’ve been through this evening!”

Dan selama lima belas menit selanjutnya, aku curhat habis-habisan – okay, maksudku, ngomel habis-habisan – dengan Erik. Erik sahabat yang baik. Ia mendengarkan, tanpa menginterupsi meski sesekali ia tertawa ngakak mendengar aku mengeluarkan kutukan-kutukan jelek untuk dosen yang memberikan responsi mendadak yang maha susah, doa-doa sadis untuk teman kuliahku yang kalau kerja kelompok hanya mendompleng nama, umpatan pada angkot yang berhenti mendadak yang membuat bemper Juki, Honda Jazz putih milikku, lecet, atau ancamanku untuk kabur dari rumah karena tidak tahan oleh Mams yang lebih memilih mengurusi farmvillenya daripada aku– ancaman yang sudah kukeluarkan berulangkali tanpa pernah kurealisasikan.

“Udah… nggak usah ngomel lagi. Mau kamu ngomel ribuan kali juga nggak merubah keadaan, kan? Ini tanpa mengurangi rasa simpatiku, lho…”tambah Erik cepat, menyadari bahwa kata-katanya barusan bisa membuatnya aku embargo seminggu.”sekarang daripada bête, kamu mendingan ganti baju. Habis itu cek web, gih. Ada yang minta di endorse lagi, tuh…”

Aku menghela napas. Moodku sudah membaik. Mungkin membuka website kami dapat menaikkan moodku lagi.

Aku dan Erik memang mempunyai sebuah website. Isinya hanya mengenai gadget-gadget terbaru, pendapat kami mengenai gadget itu, kelebihan dan kekurangan gadget itu dibanding dengan gadget yang dikeluarkan oleh perusahan competitor. Awalnya website itu dibuat untuk mengeluarkan pendapat yang kami punya sebagai  pengamat dan pecinta gadget-gadget yang semakin hari semakin canggih saja. Kami senang berpetualang. Kami senang mengeksplorasi. Meski arti ‘petualang’ dan ‘eksplorasi’ disini bukanlah alam liar atau segala macam, melainkan… benda pintar dan internet. Tapi semakin hari ternyata website kami semakin terkenal dan beberapa perusahaan minta diendorsekan barangnya – tentu saja sesuai kapabilitas kami dan keadaan gadget tersebut. Untung di kami, karena kami dikirimi pelbagai barang-barang keren – gratis pula! – yang bisa kami eksplorasi dan… pamerkan pada teman di kampus. Dan meski tidak nyambung, beberapa perusahaan malah ada yang minta dibuatkan website oleh kami. Untung lagi, karena itu berarti, dompet dan rekening kami bertambah gembung.

Sebentar-sebentar. Tadi sebelum berkata tentang web, Erik… bilang…

“Kampret!!”pekikku sambil menutup gordyn kamar. Terlihat Erik tergelak melihatku murka. Rumah Erik tepat berada di samping rumahku dan kamar Erik yang berada di lantai dua tepat berhadapan dengan kamarku, sehingga baik Erik maupun aku bisa melihat kamar satu sama lain ketika gordyn terbuka.”Erik mesum! Erik mesum! Bukannya diingetin!”

“Pokoknya bukan aku yang telepon sambil handukan thok, lho, ya?! Hahaha!”

Tawa Erik masih membahana, meski telepon sudah ditutup. Aku hanya bisa pasrah saja jika besok aku dibully olehnya.

Setelah aku memakai baju, segera kunyalakan laptopku. Setelah mengaktifkan wifi, aku mengklik aplikasi browser dan mengetik sebuah alamat website. Bukan, bukan websiteku dengan Erik.

Tetapi bagian dari diriku yang lain.

*
Aku dan Erik hampir tanpa rahasia. Tetapi bukan tidak punya rahasia. Selama dua tahun belakangan ini, sebenarnya aku mengelola sebuah akun blog. Bukan sembarang akun, namun itu adalah bagian dari diriku yang lain. Bagian diri seorang Clarissa Nadie yang rapuh dan getas. Dengan kata lain, blog itu jelas berisikan berbagai tulisan galau yang sebenarnya bukan Nadie banget dan bisa membuat Erik bunuh diri jika membacanya. Bukan, bukan karena tersentuh oleh tulisanku. Tetapi karena ia menemukan bahwa sahabatnya adalah penggila cinta – sama seperti cewek lain.

Yah… meski aku terlihat sangat cuek, independen, galak dan segala macam, sebenarnya aku sama seperti cewek-cewek pada umumnya. Aku bisa galau, aku bisa sedih, aku juga bisa membuat kata-kata cinta yang terlihat menjijikkan. Tetapi bedanya, aku tidak menunjukkan hal itu pada orang-orang. Cukup diriku sendiri yang tahu. Oke, juga orang-orang yang membaca blog baik sengaja maupun tidak sengaja.

Catching  Hope and Fireflies

Wednesday, October, 16, 2013
Geschrieben in der stern

I’m here to tell you we will never meet again
Simple really isn’t a word or two and then
A lifetime of not knowing where or how or why or when
You think of me, or speak of me, or wonder what be fell
And someone you love now, I hope can make you happy

Never wonder what I fell as living shuffles by
You don’t have to ask me and I need no reply
Every moment of my life, from now until I die
I will think or dream of you, and fail to understand
How a perfect love can be confound and out of hand

Is it written in the star, are we playing for some crime
Is that all that we are good for, just a stretch of mortal time
Is this God’s experiment in wich we have no say
In wich we’re given paradise, not only for a day
Nothing can they alter, there’s nothing to decide
No escape, no change of heart, no anyplace to hide
You are all I’ll ever want but this I’m denied
Sometimes in my darkest thoughts I wish I’d never learn
What it is to be in love and have that love returned

Comment:
Not A Hero Yet
Fangen hofnung ? Ich las es verzweifelt

Astaga… komentar macam apa, itu? Bahkan… aku tidak tahu apa yang dia komentarkan. Apakah dia mereferensi pada judul tulisanku yang berbahasa jerman? Dimana aku hanya asal menulis dengan melihat kamus?

Penasaran, aku membuka akun si ‘Not A Hero Yet’ – Belum Menjadi Pahlawan.  Aku hampir menjatuhkan mouseku. Blog yang ia buat… BERISIKAN KOMENTAR MENGENAI GADGET!!! Oke, ada beberapa tulisan mengenai bola dan aplikasi permainan yang menurut si Belum Menjadi Pahlawan ini seru. Tapi kebanyakan soal gadget! Hampir sama seperti yang aku dan Erik tulis di web kami!!

Rasa penasaran menggelitikku. Murni karena komentarnya pada tulisanku, bukannya pada foto profil blognya yang… ehem, lumayan ganteng. Aku baca lembar demi lembar tulisannya. Berusaha mengorek informasi yang tertera disana. Nihil. Si Belum Menjadi Pahlawan ini nampaknya pelit sekali memberikan jati dirinya. Ataukah mungkin ini hanya alter ego yang ia buat – sama sepertiku? Apakah blog ini… adalah sisi lain darinya?

Tapi kemudian ada sedikit pencerahan. Di salah satu postingan blognya, ada sebuah link yang menuju akun soundcloud-nya. Kubuka. Disana tertulis, akun soundcloud itu milik Praditya E. Hm… ada sedikit progress, setidaknya.

Sekitar satu jam aku menelusuri akun soundcloudnya, dan tergelak. Praditya ini… begitu… lucu J Ia hanya mengcover dua lagu. Yang pertama adalah lagu Kabari Aku – Jamrud. Yang kedua adalah lagu Leaving on A Jetplane – Chantal Kreviazuk. Yang lainnya adalah tips-tips gila yang ia ciptakan sendiri, seperti bagaimana menggagalkan ulangan atau kuis mendadak (salah satunya, bawa saja mantan kekasih si dosen dan ajak mereka bernostalgia!), barang apa saja yang harus dibawa ketika blind date (salah satunya, jarum pentul untuk mencolok si partner blind date jika ia macam-macam.) atau bagaimana meredakan amarah pacar (salah satunya, coba culik orangtuanya dan minta tebusan)

Kini sampai pada postingan pertama soundcloudnya. Jantungku berdetak kencang, penuh dengan semangat membara. Semangat kepo, maksudnya. Kali ini… apalagi yang ia tipskan, ya? Kudengarkan rekamannya, dengan tangan gemetar…

“Halo! Ehem… ehem… bisa ga sih nih? Eh, iya bisa deng. Ini ngerekam, ya?”

Aku tak bisa menahan gelak tawa. Praditya ini konyol sekali! Aku lanjut mendengarkan.

“… Ehem! Gue newbie nih! Mohon bantuannya yaaah! Gue Praditya! Kuliah di Kedokteran, Bhakti Dharma! Dan gue… ready to rock! Haha! Gue bercanda. Bahkan gue ga suka music rock. Silahkan mendengarkan postingan-postingan saya nanti, yah! Hehe. Catch me in @pradityaeee, E-nya tiga. Okesip? Caw!”

Astagaaa! Pucuk dicinta ulam pun tiba! Dia menyebutkan nama twitternya!

Dan tidak perlu diceritakan bahwa aku men-follow twitternya dan men-DM nya, bukan?


-FLOWER-

6 comments:

  1. Kok yang ini lama siii nunggunya..
    Seterusnya jgn lama² ya kak.. ceritanya bkin penasaran.. semangat trs buat nulisnya ya kakak²..lanjutan cerita kalian selalu ditunggu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. aaaaahhh terimakasih yaaaa udah diapresiasii,, seneng deh proyek kedua ini ada pembaca :)

      Delete
  2. kok lanjutannya gak keluar keluar si kakak :)

    ReplyDelete
  3. lanjutanya mana :( aku suka bgt sama tulisan-tulisan kalian :3

    ReplyDelete
  4. The most enduring symbol of the Norse - titanium arts
    › tj-metal-arts › tj-metal-arts The most enduring symbol of the Norse - titanium arts · septcasino The most enduring symbol of the Norse - titanium arts 토토 사이트 · The most enduring symbol dental implants of wooricasinos.info the Norse https://sol.edu.kg/ - titanium arts.

    ReplyDelete