Dari
sisi Nadie : Naugierig
People
killing, people dying
Children
hurt and you hear them crying
Can
you practice what you preach
And
would you turn the other cheek
Father,
Father, Father help us
Send
us some guidance from above
Cause
people got me, got me questioning
Where
is the love?
(Black Eyed Peas –
Where is The Love)
Alunan lagu Breathe In
Breathe Out- Mat Kearney mengalun lembut, membuat aku lari terbirit-birit dari
kamar mandi, mengikat asal handuk kimonoku dan tanpa mempedulikan rambut
sebahuku yang masih basah, aku menyambar ponselku dari tempat tidur. Nada
dering itu… nada dering khusus. Kuberikan untuk sahabatku satu-satunya, Erik.
Bukan tanpa alasan. Nada dering itu begitu… kami. Maksudku, begitulah yang aku
rasakan padanya. Begitulah arti Erik untukku.
Breathe
in breath out, tell me all of your doubt.
And
everybody bleeds this way, just the same
Breathe
in breath out, move on and break down
If
everyone goes away, I would stay
Erik adalah orang
kepercayaanku. Sahabatku. Soulmateku.
Dari kami kecil dulu, hingga kami kuliah sekarang. Dia yang bisa menghadapiku,
betapapun aku moody, aneh dan cranky. Dia yang bisa ‘membuka
cangkangku’ yang selalu tertutup rapat. Dengannya, aku dapat bercerita segala.
Dengannya, aku hampir tanpa rahasia. Dengannya, aku selalu berbagi apapun.
Seberapapun tidak pentingnya itu.
Termasuk kali ini.
Sudah sedari satu jam yang lalu aku membombardirnya dengan beribu missed call dan SMS, yang tak satupun ia
balas – entah kenapa, tapi nanti aku akan mengkonfrontasinya – hanya untuk menceritakan
hariku padanya. Terlihat sangat sweet,
tetapi sebenarnya tidak juga. Karena yang aku lakukan hanya mengomel padanya
mengenai segala sesuatu yang membuatku bête – which is, segala hal. :p
“Kemana aja, sih? Aku
telponin dari tadi nggak diangkat!”omelku, bahkan sebelum Erik sempat mengucap
salam.
“Kalo marah-marah aku
tutup, nih, telponnya?!”ancamnya, yang membuatku langsung terdiam dan menahan
umpatam dalam hati.”tadi aku tuh baru jemput Mamah senam. Nggak bawa hape.
Makanya baru tau kamu SMS sama telepon. Kenapa lagi?”
“Ya ampun Erik… You couldn’t imagine what I’ve been through
this evening!”
Dan selama lima belas
menit selanjutnya, aku curhat habis-habisan – okay, maksudku, ngomel
habis-habisan – dengan Erik. Erik sahabat yang baik. Ia mendengarkan, tanpa
menginterupsi meski sesekali ia tertawa ngakak mendengar aku mengeluarkan
kutukan-kutukan jelek untuk dosen yang memberikan responsi mendadak yang maha
susah, doa-doa sadis untuk teman kuliahku yang kalau kerja kelompok hanya mendompleng
nama, umpatan pada angkot yang berhenti mendadak yang membuat bemper Juki,
Honda Jazz putih milikku, lecet, atau ancamanku untuk kabur dari rumah karena
tidak tahan oleh Mams yang lebih memilih mengurusi farmvillenya daripada aku– ancaman yang sudah kukeluarkan
berulangkali tanpa pernah kurealisasikan.
“Udah… nggak usah
ngomel lagi. Mau kamu ngomel ribuan kali juga nggak merubah keadaan, kan? Ini
tanpa mengurangi rasa simpatiku, lho…”tambah Erik cepat, menyadari bahwa
kata-katanya barusan bisa membuatnya aku embargo seminggu.”sekarang daripada
bête, kamu mendingan ganti baju. Habis itu cek web, gih. Ada yang minta di endorse
lagi, tuh…”
Aku menghela napas.
Moodku sudah membaik. Mungkin membuka website
kami dapat menaikkan moodku lagi.
Aku dan Erik memang
mempunyai sebuah website. Isinya
hanya mengenai gadget-gadget terbaru,
pendapat kami mengenai gadget itu,
kelebihan dan kekurangan gadget itu
dibanding dengan gadget yang
dikeluarkan oleh perusahan competitor. Awalnya website itu dibuat untuk
mengeluarkan pendapat yang kami punya sebagai
pengamat dan pecinta gadget-gadget
yang semakin hari semakin canggih saja. Kami senang berpetualang. Kami senang
mengeksplorasi. Meski arti ‘petualang’ dan ‘eksplorasi’ disini bukanlah alam
liar atau segala macam, melainkan… benda pintar dan internet. Tapi semakin hari
ternyata website kami semakin
terkenal dan beberapa perusahaan minta diendorsekan
barangnya – tentu saja sesuai kapabilitas kami dan keadaan gadget tersebut. Untung di kami, karena kami dikirimi pelbagai
barang-barang keren – gratis pula! – yang bisa kami eksplorasi dan… pamerkan
pada teman di kampus. Dan meski tidak nyambung, beberapa perusahaan malah ada
yang minta dibuatkan website oleh
kami. Untung lagi, karena itu berarti, dompet dan rekening kami bertambah
gembung.
Sebentar-sebentar. Tadi
sebelum berkata tentang web, Erik…
bilang…
“Kampret!!”pekikku
sambil menutup gordyn kamar. Terlihat Erik tergelak melihatku murka. Rumah Erik
tepat berada di samping rumahku dan kamar Erik yang berada di lantai dua tepat
berhadapan dengan kamarku, sehingga baik Erik maupun aku bisa melihat kamar
satu sama lain ketika gordyn terbuka.”Erik mesum! Erik mesum! Bukannya
diingetin!”
“Pokoknya bukan aku
yang telepon sambil handukan thok,
lho, ya?! Hahaha!”
Tawa Erik masih
membahana, meski telepon sudah ditutup. Aku hanya bisa pasrah saja jika besok
aku dibully olehnya.
Setelah aku memakai
baju, segera kunyalakan laptopku. Setelah mengaktifkan wifi, aku mengklik
aplikasi browser dan mengetik sebuah
alamat website. Bukan, bukan websiteku dengan Erik.
Tetapi bagian dari
diriku yang lain.
*
Aku dan Erik hampir
tanpa rahasia. Tetapi bukan tidak punya rahasia. Selama dua tahun belakangan
ini, sebenarnya aku mengelola sebuah akun blog. Bukan sembarang akun, namun itu
adalah bagian dari diriku yang lain. Bagian diri seorang Clarissa Nadie yang
rapuh dan getas. Dengan kata lain, blog itu jelas berisikan berbagai tulisan
galau yang sebenarnya bukan Nadie banget dan bisa membuat Erik bunuh diri jika
membacanya. Bukan, bukan karena tersentuh oleh tulisanku. Tetapi karena ia
menemukan bahwa sahabatnya adalah penggila cinta – sama seperti cewek lain.
Yah… meski aku terlihat
sangat cuek, independen, galak dan segala macam, sebenarnya aku sama seperti
cewek-cewek pada umumnya. Aku bisa galau, aku bisa sedih, aku juga bisa membuat
kata-kata cinta yang terlihat menjijikkan. Tetapi bedanya, aku tidak
menunjukkan hal itu pada orang-orang. Cukup diriku sendiri yang tahu. Oke, juga
orang-orang yang membaca blog baik sengaja maupun tidak sengaja.
Catching Hope and Fireflies
Wednesday, October, 16, 2013
Geschrieben in der stern
I’m here to
tell you we will never meet again
Simple really
isn’t a word or two and then
A lifetime of
not knowing where or how or why or when
You think of
me, or speak of me, or wonder what be fell
And someone
you love now, I hope can make you happy
Never wonder
what I fell as living shuffles by
You don’t have
to ask me and I need no reply
Every moment
of my life, from now until I die
I will think
or dream of you, and fail to understand
How a perfect
love can be confound and out of hand
Is it written
in the star, are we playing for some crime
Is that all
that we are good for, just a stretch of mortal time
Is this God’s
experiment in wich we have no say
In wich we’re
given paradise, not only for a day
Nothing can
they alter, there’s nothing to decide
No escape, no
change of heart, no anyplace to hide
You are all
I’ll ever want but this I’m denied
Sometimes in
my darkest thoughts I wish I’d never learn
What it is to
be in love and have that love returned
Comment:
Not A Hero
Yet
Fangen hofnung ? Ich las es verzweifelt
Astaga…
komentar macam apa, itu? Bahkan… aku tidak tahu apa yang dia komentarkan.
Apakah dia mereferensi pada judul tulisanku yang berbahasa jerman? Dimana aku
hanya asal menulis dengan melihat kamus?
Penasaran,
aku membuka akun si ‘Not A Hero Yet’ – Belum Menjadi Pahlawan. Aku hampir menjatuhkan mouseku. Blog yang ia buat… BERISIKAN KOMENTAR MENGENAI GADGET!!! Oke, ada beberapa tulisan
mengenai bola dan aplikasi permainan yang menurut si Belum Menjadi Pahlawan ini
seru. Tapi kebanyakan soal gadget!
Hampir sama seperti yang aku dan Erik tulis di web kami!!
Rasa
penasaran menggelitikku. Murni karena komentarnya pada tulisanku, bukannya pada
foto profil blognya yang… ehem, lumayan ganteng. Aku baca lembar demi lembar
tulisannya. Berusaha mengorek informasi yang tertera disana. Nihil. Si Belum
Menjadi Pahlawan ini nampaknya pelit sekali memberikan jati dirinya. Ataukah
mungkin ini hanya alter ego yang ia buat – sama sepertiku? Apakah blog ini…
adalah sisi lain darinya?
Tapi
kemudian ada sedikit pencerahan. Di salah satu postingan blognya, ada sebuah link yang menuju akun soundcloud-nya. Kubuka. Disana tertulis,
akun soundcloud itu milik Praditya E.
Hm… ada sedikit progress, setidaknya.
Sekitar
satu jam aku menelusuri akun soundcloudnya,
dan tergelak. Praditya ini… begitu… lucu J Ia hanya mengcover
dua lagu. Yang pertama adalah lagu Kabari Aku – Jamrud. Yang kedua adalah lagu
Leaving on A Jetplane – Chantal Kreviazuk. Yang lainnya adalah tips-tips gila
yang ia ciptakan sendiri, seperti bagaimana menggagalkan ulangan atau kuis
mendadak (salah satunya, bawa saja mantan kekasih si dosen dan ajak mereka
bernostalgia!), barang apa saja yang harus dibawa ketika blind date (salah satunya, jarum pentul untuk mencolok si partner blind date jika ia macam-macam.) atau
bagaimana meredakan amarah pacar (salah satunya, coba culik orangtuanya dan
minta tebusan)
Kini
sampai pada postingan pertama soundcloudnya. Jantungku berdetak kencang, penuh
dengan semangat membara. Semangat kepo, maksudnya. Kali ini… apalagi yang ia
tipskan, ya? Kudengarkan rekamannya, dengan tangan gemetar…
“Halo! Ehem… ehem… bisa ga sih nih? Eh, iya bisa
deng. Ini ngerekam, ya?”
Aku
tak bisa menahan gelak tawa. Praditya ini konyol sekali! Aku lanjut
mendengarkan.
“… Ehem! Gue newbie nih! Mohon bantuannya yaaah! Gue
Praditya! Kuliah di Kedokteran, Bhakti Dharma! Dan gue… ready to rock! Haha!
Gue bercanda. Bahkan gue ga suka music rock. Silahkan mendengarkan
postingan-postingan saya nanti, yah! Hehe. Catch me in @pradityaeee, E-nya
tiga. Okesip? Caw!”
Astagaaa!
Pucuk dicinta ulam pun tiba! Dia menyebutkan nama twitternya!
Dan
tidak perlu diceritakan bahwa aku men-follow twitternya dan men-DM nya, bukan?
-FLOWER-
Kok yang ini lama siii nunggunya..
ReplyDeleteSeterusnya jgn lama² ya kak.. ceritanya bkin penasaran.. semangat trs buat nulisnya ya kakak²..lanjutan cerita kalian selalu ditunggu..
aaaaahhh terimakasih yaaaa udah diapresiasii,, seneng deh proyek kedua ini ada pembaca :)
DeleteLanjutannya mana?
ReplyDeletekok lanjutannya gak keluar keluar si kakak :)
ReplyDeletelanjutanya mana :( aku suka bgt sama tulisan-tulisan kalian :3
ReplyDeleteThe most enduring symbol of the Norse - titanium arts
ReplyDelete› tj-metal-arts › tj-metal-arts The most enduring symbol of the Norse - titanium arts · septcasino The most enduring symbol of the Norse - titanium arts 토토 사이트 · The most enduring symbol dental implants of wooricasinos.info the Norse https://sol.edu.kg/ - titanium arts.